30 April 2008

Susu Tak Terbeli

BANYAK ibu menyusui mengeluh soal tingginya harga susu. Bagi keluarga yang kehidupan ekonominya cekak, tentu harga susu nyaris tak terbeli. Kecuali terpaksa, dengan harus memangkas pos pengeluaran rumah tangga lainnya. Kenaikan harga, biasanya tak bakal turun lagi. Hukum itu sepertinya juga berlaku bagi harga susu. Ibu-ibu pun turun kejalan melakukan demonstrasi.
Konon, kenaikan harga susu beberapa waktu lalu yang “hanya” 5 % itu disebabkan oleh melonjaknya bahan baku yang harus diimpor dari dari Australia. Awalnya seharga US$ 2.900/ton, naik menjadi US$ 4.500/ton. Sedihnya, Indonesia tak akan mampu lepas dari Negeri Kanguru itu sebagai negara produsen bahan baku terbesar di dunia. Bagi yang berkantong tebal, harga susu naik, bukanlah persoalan serius dan pasti bisa tertangani. Tapi yang berkantong tipis, tentu saja bikin pusing kepala hingga tujuh keliling. Walaupun, menurut itung-itungan para ekonom, di tahun 2006 pengeluaran untuk membeli susu katanya amat kecil, hanya 1,51 % jika dibandingkan dengan total pengeluaran rumah tangga. Presentase ini memang meningkat sedikit jika dibanding 2 tahun sebelumnnya, sebesar 0,91 %. Bahkan porsi untuk susu bayi malah hanya sebesar 0,5 %. Tapi harus dingat pula, bahwa deraan yang menerpa rakyat miskin bukan hanya karena tempelengan harga susu yang naik. Tetapi juga masih dihantam dengan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok lainnya. Tragisnya, setelah harga-harga terus naik lalu lupa turun. Seperti para elit politik kita, dong!(***)

"Drunken Master"

DALAM lingkungan kita, dikenal banyak tukang. Ada tukang bangunan, tukang service, tukang besi, tukang kawin, tukang-tukang lainnya hingga tukang mabok. Tukang bangunan ahli dalam hal arsitektur, tukang service jago memperbaiki barang-barang rusak, tukang kawin doyan cari bini baru dan tukang mabok, sudah pasti kerjanya minum miras sampai teler.
Dikaitkan dengan dunia kriminalitas, polisi menyebutkan tak sedikit kasus kekerasan dan pelanggaran hukum dilakukan oleh pelaku karena dalam pengaruh alkohol dari minuman keras yang ditenggaknya. Ironisnya, meskipun aparat hukum terus memberangus miras, tapi yang kena plasah hanya produsen yang berskala kecil. Sementara itu, produsen yang berskala besar, sepertinya masih anteng-anteng saja. Tanya mengapa?
Bicara tetang pemabuk,
Sutardji Colzoum Bachri dalam kumpulan puisi “Doa dan Idul Fitri”, menorehkan sajak yang sangat bagus, lugas, apa adanya dan blak-blakan. Bunyinya: “Dalam termangu, aku masih menyebut nama-Mu. Biar susah sungguh, mengingat Kau penuh seluruh. O, lihat Tuhan, kini si bekas pemabuk ini ngebut di jalan lurus. Jangan Kau depakkan aku lagi ke trotoir”. Untuk tambahan, orang bijak berkata: “Tak ada gunanya seorang pemabuk mencemaskan hari esok, sebab untuk mereka sebenarnya sudah tak ada lagi hari esok”.(***)

Penjahat

“SEORANG ibu membentak suaminya yang sedang tidur pulas sambil ngiler di beranda depan rumah reyot pada satu siang bolong. Dia baru saja membaca sobekan koran bekas bungkus belacan di dapur berisi berita tentang pertikaian, konflik, gontok-gontokan antar kelompok, perampokan, pemerkosaan dan semua pekerjaan jelek lainnya, seolah penjahat ada dimana-mana. Hidupnya terasa kian tidak aman dan terancam. Seperti mendengar petir siang bolong, sang suami terbangun, tetapi di raut muka pemalasanya, tidak tergambar adanya ekspresi apa-apa. Sambil kembali melengkung karena mimpi nomor buntutnya terganggu, dia hanya bergumam, ” Ah, itu biasa, Mam. Bosan mendengarnya. Lebih baik, bikinin Papi kopi panas, yang kental, tidak terlalu manis, di gelas gede pakai tutup dan taruh di tempat biasa. Oke?”.

Dalam sebuah karya klasik penulis besar bernama Bernard de Mandeville (1714), “The Fable of The Bees”, melontarkan pemikiran kontroversial dan mengerikan yang boleh dikatakan sangat menghina orang-orang baik. Bagi yang pernah membaca buku hebat itu, kelak akan dijadikan sebagai acuan teoritis ekonomi dan politik. Mandeville menyebutkan, bahwa manusia memiliki sifat dasar serakah bin tamak dan egois alias ingin memang sendiri. Pemikirannya itu selaras dengan filsuf kenamaan Thomas Hobbes (1651). Sifat dasar manusia yang digambarkan Mandeville dikatakan oleh Hobbes sebagai keadaan alamiah (state of nature). Cirinya ditandai dengan adanya peperangan dan saling membunuh (bellum ominum contra omnes) seperti yang terjadi di beberapa belahan dunia sekarang ini. Kemudian, manusia yang katanya adalah makhluk paling berakal, digambarkan oleh Hobbes dan Manville sebagai makhluk yang tidak berakal budi, semata-mata mengandalkan naluri alamiah dan instingnya demi mengancam dan merugikan kepentingan pihak lain. Astagfirullah! ***

Formalin

MASYARAKAT resah karena keberadaan zat pengawet berbahaya bernama Formalin telah menjadi ancaman serius di dalam kehidupannya sehari-hari. Lagi-lagi masyarakat dibikin kaget, terperanjat, bingung dan ujung-ujungnya bisa ditebak, tidak bisa berbuat apa-apa. Lebih menyedihkan lagi, banyak masyarakat yang tidak tahu, apa itu Formalin ketika banyak zat makanan, minuman dan produk konsumsi masyarakat lainnnya mengandung formalin. Pemerintah pun melarang penggunaan Formalin.
Larangan Formalin sebenarnya sudah diterbitkan oleh Pemerintah sejak Tahun 1988 melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722 / Menkes / Per / IX / 88 yang secara tegas memberlakukan larangan bagi penggunaan Formalin dalam makanan. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 juga mengatur, bahwa kesengajaan menggunakan zat berbahaya sebagai bahan tambahan makanan, dikenakan denda maksimal Rp 600 juta dan penjara 5 tahun kurungan. Hanya saja, sering kali aturan yang ada di Indonesia ini hanya menjadi pajangan. Bahkan jika Anda beruntung, tajir, hebat, banyak koneksi dengan pejabat dan pentolan penegak hukum, sanksi hukumnya terkadang dapat di-“perjualbeli”-kan, walaupun Anda adalah seorang koruptor kelas kakap. Sebaliknya, jika Anda lemah, ndak punya koneksi dengan orang penting, siap-siap saja Anda mendekam di penjara, walaupun Anda adalah kriminil kelas teri. Jadi hukum berpihak kepada siapa, dong?(***)

Layang-Layang

LayangBANGSA yang pertama kali memperkenalkan layang-layang adalah China, ketika ingin mengelabuhi tentara Jepang musuhnya. Caranya dengan menaikkan sebuah benda melayang ukuran besar dibantu angin, (kemudian dikenal dengan nama layang-layang), ke udara di atas benteng pertahanan Jepang. Tujuannya untuk menarik perhatian musuh supaya buyar konsentrasinya. Usaha pasukan China ternyata sukses, karena layang-layang pada saat itu masih asing, aneh dan baru pertama kali dilihat oleh pasukan Jepang. Semua pasukan Nipon mendongakkan kepalanya ke atas seperti terhipnotis ilmu sihir yang paling sakti mandraguna. Saat itulah, pasukan China tidak ingin mensia-siakan kesempatan dan menyerang tentara Jepang yang sedang terkelabuhi oleh muslihat layang-layang. Bisa ditebak, tentara China menang besar dan menguasai benteng pertahanan itu dengan mudah dan murah.
Dalam perkembangannya, layang-layang telah menimbulkan masalah, meresahkan, mengganggu ketertiban umum bahkan telah merenggut korban jiwa. Masyarakat pun mendesak pemerintah untuk melakukan penertiban dan melarang main layang-layang di tempat-tempat ramai. Sekarang, bagaimana kalau anak anda merengek-rengek minta layang-layang, apa yang akan Anda lakukan? Kebanyakan dari kita akan menggelandangnya ke toko terdekat dan membelikannya, karena mudah, murah dan praktis. Padahal menurut banyak para ahli mendidik anak, cara itu dianggap sangat tidak bijaksana sama sekali. Akan lebih baik jika mengajak si anak bersama-sama ke samping rumah, mencari bilah bambu, merautnya hingga menjadi sebuah layang-layang siap terbang. Si anak akan mendapatkan sebuah pengalaman kreatif baru yang sangat berharga. Sederhana, tetapi pengaruh psikologisnya hebat. Tentunya diriringi dengan pesan agar tidak memainkannya di jalar-jalan umum.

Bangsa Miskin Tapi Sombong

KALAU negara Indonesia dibandingkan dengan negara-negara maju di Eropa, tentulah tidak adil. Bedanya jauh banget!. Tapi bolehlah jika dibandingkan dengan negara-negara dunia ketiga yang hampir sama melaratnya. Kita ambil satu contoh, misalnya dengan Sri Lanka yang tergolong miskin, tetapi tidak sombong.
Di atas kertas, negara kita lebih unggul dalam sumber daya alam, sumber daya manusia maupun pendapatan perkapitanya. Tapi jangan salah, dikutip dari New York Times, PBB pada tahun 80-an pernah menampilkan ukuran perkembangan suatu negara berdasarkan tiga indeks, yakni pandai baca tulis, panjang umur dan tingkat kematian bayi. Ternyata Sri Lanka sukses menempatkan dirinya di posisi lima setelah Belanda, Amerika Serikat, Thailand dan Kuba. Ada hal positif yang patut ditiru dari Sri Lanka, adalah soal kebijakan pemerintahnya dalam membuat program sosial bagi rakyatnya. Walaupun menjadi salah satu negara yang tergolong termiskin di dunia, tetapi mampu memberikan beberapa pelayanan gratis bagi rakyatnya. Misalnya pendidikan gratis, pengobatan gratis, ransum beras gratis, transportasi disubsidi dan tidak terlalu memberatkan rakyatnya dengan tetek bengek macam pajak. Yang lebih mengagumkan lagi, para elit politiknya tidak terus sibuk bergunjing politik yang hanya membingungkan rakyat. Mungkin, kita hanya bisa menyimpulkan, bahwa kesejahteraan tidak melulu diukur dari tingginya pendapatan perkapita suatu bangsa. Survey Merryl Linch, Juli 2007 memang menyebutkan, bahwa pertumbuhan aset orang kaya Indonesia tertinggi di Asia Pasifik. Total kekayaan individu dengan aset lebih dari US$ 1 Juta mencapai US$ 60 Milyar. Tapi yang termasuk dalam kelompok ini hanyalah para konglomerat.
Lalu, apa dan siapa yang salah di Indonesia yang katanya gemah ripah loh jinawi ini sehingga selalu berada di urutan atas negara termiskin di dunia? Sutan Takdir Alisyahbana pernah berkata, “Jangan pernah membutkikan suatu kesalahan, tetapi coba buktikan bagaimana kesalahan itu bisa dihindari”. ***

151 Hari

BARU-baru ini Bank Dunia membuat rilis berjudul “Doing Business in 2006”, salah satunya menyoroti iklim dunia perbisnisan di Negara Indonesia.
Menurut Bank Dunia, para pemilik modal yang ingin menanamkan investasinya di Indonesia membutuhkan waktu hingga 151 hari lamanya, hanya untuk mengurus segara tetek bengeknya. Karena para pemodal harus melewati 12 prosedur dari meja ke meja. Dari 26 negara yang disurvei, “prestasi” Indonesia ini hanya sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan Laos dan Timur Leste. Karena, untuk memperlancar urusan dan perizinan, pemodal harus menyerahkan sejumlah uang. Ironisnya lagi, meski pelicin sudah diserahkan, terkadang permintaan pemodal masih belum juga beres alias tertelantarkan. Situasi ini mengarah pada aturan yang lemah dan tidak pasti, sehingga menjadi lahan subur bagi praktek-praktek culas korupsi, kolusi dan nepotisme.Padahal menurut Henry Ward Beecher, hukum dapat dihargai bukan karena ia adalah hukum, tetapi karena ia mengandung keadilan. Oleh sebab itu, jika ingin menghargai hukum, pada awalnya kita harus membuat hukum yang dapat dihargai.(***)

Prostitusi

PROSTITUSI sebuah kata tak asing di telinga yang selalu lengket dengan persoalan (maaf) ngesek, dunia malam, pelacur, PSK, lonte, perek hingga bisnis lendir. Asal katanya berasal dari bahasa Latin, pro-stituere atau pro-stauree yang berarti membiarkan diri berbuat zina, persundalan, pencabulan, gendakan dan istilah untuk perbuatan esek-esek lainnya, secara tidak sah. Usia profesi ini sama tua bangkanya dengan umur peradaban manusia. Di banyak bangsa di dunia ini, ada suatu budaya yang tidak jauh-jauh amat dengan praktek prostitusi. Mau tahu?
Pada zaman Babilonia, praktek prostitusi dipaksakan kepada banyak wanita bertujuan untuk menghormati sesembahan mereka, Dewi Mylitta. Dengan cara menggelar suatu upacara ritual yang buntut-buntutnya menjurus kepada perbuatan esek-esek juga. Kemudian di Negara India, pelaksanaan upacara-upacara ritualnya dikait-kaitkan dengan praktek prostitusi yang diperkirakan masih berlangsung hingga kini. Caranya dengan memproyeksikan kekuasaan pria sebagai dewa, sehingga relasi seks yang terjadi pada hekekatnya dianggap sebagai proses penyatuan diri Sang Dewa (bukan Dewa 19). Banyak yang menyebutnya dengan istilah prostitusi religius ala India. Selanjutnya pada masyarakat Eskimo, ada kebiasaan seperti budaya untuk menghormati tamu-tamu penting yang datang menginap di rumahnya, konon para suami menyuruh isterinya untuk menemani tidur sang tamu dengan pelayanan seks seperlunya. Kalaupun berujung pada kehamilan, bagi masyarakat Eskimo bukanlah suatu aib seperti masyarakat kita pada umumnya. Di Indonesia, pada beberapa kelompok suku di Pulau Wei Mentawai, konon sistem perkawinannya adalah dengan cara membiarkan anak-anaknya melakukan hubungan sek di luar nikah sebagai proses pendewasaan dan telah layak kawin. Selanjutnya masih konon juga, di Banjarnegara yang terkenal dengan istilah Gowokan, adalah suatu proses pendewasaan yang dilakukan dengan cara membiarkan anak lelaki berhubungan seks dengan pelacur, penari yang disebut ledek. Tentu saja, kita bakal sungkan untuk terang-terangan menyebut prostitusi adalah budaya.


Setrum

MASALAH kelistrikan sudah membikin dada sesak. Dari waktu ke waktu, juragan setrum PLN juga masih belum mampu mencari solusi terbaik untuk keluar dari persoalan basi ini. Siapa yang salah? Tanya saja pada ilalang di padang gersang. Capek, deh!
Negara Indonesia sebenarnya memiliki potensi kelistrikan yang melimpah ruah. Bentang pantai RI sepanjang 81.290 Km, sangat potensi dijadikan energi litrik. Belajar dari Jazirah Skandinavia, energi ombak terus dikaji, dikembangkan dan diproduksi komersial. Secara teori, 1 km garis pantai mampu hasilkan minimal 7,5 megawatt. Dengan bentang pantai yang dimiliki Indonesia, kira-kira dapat membangkitkan 60-70 gigawatt listrik, atau setara dengan 3 kali kapasitas listrik milik PLN sekarang. Energi angin di negara maju eropa yang memiliki kecepatan anginnya 7-8 meter/detik, dapat diubah menjadi energi listrik sebesar 1 megawatt. Indonesia yang kecepatan anginnya 5 meter/detik, kalau mau diupayakan, juga bisa menjadi energi listrik. Ada beberapa kawasan potensial seperti Bali, NTB, NTT, Sulsel dan Pantai Selatan Jawa. Potensi totalnya capai 9,29 gigawatt. Potensi lain adalah tenaga surya yang melimpah ruah di negara ini walaupun tidak 24 jam. Menurut ahlinya, pembangkit tenaga surya bisa hasilkan setrum untuk 15 ribu desa yang belum tersentuh PLN. Di Indonesia listrik tenaga surya baru hasilkan sekitar 10 megawatt. Kendalanya, terbentur pada efesiensi ekonomi, apalagi pirantinya masih impor. Harga setrum per satuan masih mahal.(**)

Summerhill School

PERNAH mendengar tentang Summerhill School? Tentu ada yang pernah tahu, dan ada pula yang sama sekali tidak tahu. Ijinkan saya untuk bercerita soal sekolah unik ini.
Alexander Sutherland Neill, pada tahun 1921 mendirikan sekolah bernama Summerhill School ini di Jerman, yang kemudian pindah ke Inggris. Sistem pengajaran yang diberlakukan di sekolah ini membebaskan muridnya untuk menentukan pilihan apa yang mereka mau dengan bimbingan guru tentunya. Buang jauh-jauh segala arahan, ketertiban, anjuran dan hukuman seperti yang diterapkan di sekolah pada umumnya. Murid dibebaskan memilih mata pelajaran yang disukainya. Konsep yang diusung sekolah ini adalah, sekolah hanya membutuhkan keyakinan penuh, bahwa anak-anak adalah makhluk yang unik. Di sekolah ini, anak-anak bisa hidup sesuka hati selama tidak mengganggu orang lain. Fasilitas yang diberikannya berupa kolam renang, bengkel kerja, laboraturium, ruang seni, theater, alat musik, ladang dan perpustakaan yang lengkap. Ternyata, di negara-negara maju Eropa, sekolah model ini banyak yang menjadi sekolah percontohan. Karena banyak alumninya yang sukses secara politis, psikologis, ekonomis, sosio kultur dan akademis. Mungkinkan sekolah model ini diterapkan di Indonesia? Mungkin saja.(***)

AK-47

SEMUA orang pasti mengenal senjata laras panjang bernama AK-47 yang telah menjadi senjata pembunuh paling ampuh di berbagai ajang pertempuran sejak tahun 1947. Senjata ini modelnya keren, efektif dan tangguh di segala medan perang.Tak banyak yang tahu, senjata ini dirancang oleh Mikhail Timoveevich Kalashnikov pada Perang Dunia II. AK-47 bermakna Automat Kalashnikov alias senjata otomatis ciptaan Kalashnikov yang diproduksi pertama kali pada tahun 1947. Bobotnya 4,8 kg, jangkauan tembak 800 meter dan tetap efektif meskipun terendam air kotor. Saat ini, lebih dari 50 negara di dunia menggunakan senjata jenis AK-47. Perancangnya lahir tanggal 10 November 1919 di Desa Kurya, Siberia anak seorang petani miskin sebagai anak bungsu dari 17 bersaudara. Tak tamat SMA dan bekerja di bengkel Kereta Api hingga ikut wajib militer tahun 1938 dan tamat pendidikan teknik tank. Ketika dikirim ke medan perang, dia alami luka parah dan dirawat di rumah sakit. Dalam perawatan medis itulah dia merancang AK-47 dan akhirnya diproduksi massal yang membawanya mendapat pangkat kehormatan, Mayor Jenderal. Ironisnya, dimasa tua dia hidup sederhana, karena hak patennya diserahkan kepada negara. Jika tidak, sudah pasti dia akan menjadi Milyuner. Dia hanya berpesan: “Aku tetap bisa tidur nyenyak. Karena aku merancang AK-47 untuk membela diri, bukan untuk membunuh. Jika banyak yang terbunuh oleh senapan ini, itu adalah kesalahan politisi yang tak mampu mencapai kesepakatan damai dan memilih cara kekerasan untuk memecahkan masalah mereka".

Pemimpin Besar

MEMINJAM pemikiran Priyono B. Sumbogo seorang penulis kreatif Indonesia menyebutkan, “Sejarah mencatat kekuasaan bukanlah wilayah orang-orang suci, bertagwa, bermoral, jujur dan bijaksana. Semua itu tidaklah penting”.
Dalam sejarah para pemimpin besar dunia, 9,99 % diantaranya adalah berjiwa penjajah. Logikanya, seorang penjajah pasti bukan orang suci, bukan orang bertaqwa, bukan orang jujur dan bukan orang bijaksana. Kita “sepakat”, jika seorang penjajah itu kejam, jahat dan pasti pembunuh. Selaras dengan Nicolo Machiavelli seorang pemikir besar dunia berkata,
“Agar dapat membangun kekuasaan yang kokoh, seorang raja harus tega membunuh”.
Anda pasti pernah dengar nama Jengis Khan pemimpin Mongol yang berasal dari suku pengembara kecil yang akhirnya mampu menguasai lebih dari separuh dunia karena jiwa penjajahnya. Hebat. Kemudian Iskandar Zulkarnain atau Alexander The Great, untuk menjadi pemimpin Imperium Macedonia sebagai negara yang besar, disegani dan ditakuti sepanjang sejarah dunia, dia harus membunuh bapaknya sendiri dan memperluas daerah kekuasaannya dengan cara menjajah negara lain. Ada lagi pemimpin bengis bernama Hitler yang sangat mengagungkan bangsa Aria-nya, sehingga bangsa Yahudi pun dibasmi. Hitler dikenal sebagai orator ulung dan diktator pengobrak-abrik dunia, sehingga sangat pantas jika disebut sebagai penjahat. Sejarah mencatat pula nama Musolini yang dikenal sebagai kriminal bagi dunia karena jiwa penjajahnya, tetapi dia adalah tonggak sejarah keagungan Imperium Romawi yang terus harum hingga saat ini di lembar-lembar buku sejarah dunia. Nah, yang terakhir adalah Bush, presiden AS yang boleh jadi dianggap penjahat bagi negara-negara timur seperti Irak, Iran, Libya dan negara-negara lain yang tak sejalan dengan kepentingan negaranya. Jika ada negara yang tidak sepaham pula dengan isi otak dan pemikirannya, sudah pasti bakal dia usilin terus. Anda sepakat dengan saya bahwa mereka itu orang jahat? Sepakat tidak sepakat adalah jawaban yang objektif. Namun, sejak dahulu kala negara-negara hebat dan maju di Eropa atau Jepang di Asia mampu menjadi negara kuat, karena jiwa penjajah para pemimpinnya. Kerajaan-kerajaan besar Nusantara yang terkenal hebat dan kuat pun, karena jiwa penjajah para raja-rajanya. Bukan malah dijajah, sehingga harus kehilangan wilayah teritorialnya. Setelah membaca tulisan ini, Anda bebas merenung, berpikir, membandingkan dan bebas pula untuk tidak berbuat apa-apa.

Cerita Dari Mongolia

JIKA bicara soal Mongolia, maka tidak akan terlepas dari keunikan dari negara kecil ini. Luasnya hanya sekitar ¾ daratan Indonesia dengan penduduk kurang lebih 3 juta jiwa, alias hanya terdapat 2 jiwa /kilometer. Karena geografisnya yang unik juga, maka banyak penduduk yang tinggal di perkotaan. Apanya yang unik?Luas daratannya yang kebanyakan berada di dataran tinggi pada 500 meter di atas permukaan laut dan tidak berpenghuni, maka dihuni oleh hewan-hewan ternak. Saat ini jumlah ternak di Mongolia lebih dari 32 juta ekor berupa kambing, domba, sapi, kuda dan onta. Jika diperbandingkan antara jumlah penduduk dengan jumlah ternak di Mongolia, maka 1 manusia berbanding dengan 11 ekor hewan. Wah, unik banget. Meskipun begitu, sejarah peradaban dunia mencatat nama-nama pemimpin hebat dan besar seperti Jengis Khan, Kubliai Khan dan Timurleng. Namanya pernah besar pada abad 13 di bawah kekuasaan Kubliai Khan, tetapi langsung meredup seiring dengan membesarnya nama Uni Sovyet yang sudah bubar pada tahun 1991 silam dan Republik Rakyat China. Mongolia merupakan salah satu negara di Asia timur antara Siberia, Rusia di utara dan China di selatan yang jarang disebut-sebut namanya

Playboy

MAJALAH yang katanya khusus untuk orang dewasa yang kadang-kadang juga banyak dibaca oleh anak-anak ini, sempat membuat panas atmosfir Indonesia. Arus penolakan terhadap kehadirannya, terus menggema hingga akhirnya berujung di pengadilan.Konon, di Asia ini hanya ada beberapa gelintir negara yang dipercaya menduplikasi majalah Playboy versi aslinya. Salah satunya adalah Jepang. Selanjutnya di Negara Indonesia yang penduduk muslimnya terbesar di dunia ini, majalah Playboy versi local beredar dan terus mendapatkan tantangan. Perdebatan terus berlanjut dengan berbagai alasan dan sudut pandang, salah satunya berargumen bahwa foto-foto syur yang tampil bukanlah pornografi, tetapi seni. Entahlah. Sementara itu di China, Korea Selatan, India, Myanmar, Malaysia, Singapura dan Brunai Darusallam adalah negara-negara yang melarang menjual dan mengedarkan majalah yang suka banget mengeksploitasi gambar-gambar tak senonoh ini. Selanjutnya, negara-negara seperti Austria, Hongkong dan Taiwan pernah punya majalah Playboy versi setempat. Tapi kini katanya tidak lagi terbit karena banyak diprotes. Bagaimana kabarnya dengan majalah Playboy versi Indonesia?

Bangsa Perokok Berat

ROKOK oleh kebanyakan orang disebut sebagai racun. Ironisnya, kebanyakan orang adalah perokok berat. Seperti di Arab Saudi, menurut penelitian Abdullah Al-Budah negara gurun pasir ini setiap tahunnya membutuhkan tidak kurang dari 40 ribu ton tembakau. Astaga!Negara Islam itu membutuhkan tembakau sebesar itu karena sekitar 600.000 wanita Arab Saudi adalah perokok. Jika dihitung secara keseluruhan, maka jumlah total perokok di negara itu adalah 6 juta orang. Diperkirakan setiap tahunnya ada 23 ribu orang mati akibat merokok. Padahal, setiap tahun pula demi asap beracun ini orang Arab mengeluarkan 12 Milyar Riyal atau setara dengan Rp 28,8 Trilyun. Setara dengan 28 ribu masjid atau sekolahan jika per unitnya dibangun dengan biaya Rp 1 Milyar. Tetapi uang sebear itu bagi negara makmur ini bukanlah besar. Karena meskipun tanahnya hanya hamparan gurun pasir, tetapi negara ini mampu menghasilakn buah-buahan, korma, gandum dan barli yang bernilai tinggi. Selain itu, produksi minyak, gas, emas, perak dan besi mmbawa negara ini mampu mencapai income percapita sebesar $ 191 Bilyun pada tahun 2002 saja. Wajar, jika negara pengekspor minyak mentah terbesar di dunia ini mampu membiayai proyek-proyek besar dan menjadikannya sebagai negara termakmud di dunia yang membuat rakyatnya manja. Sehingga untuka tenaga kerja pun harus didatangkan dari luar negeri, termasuk dari Indonesia.

"SARUNG"

ADA cerita yang diragukan kebenarannya, tentang seorang pemuda Sarjana Hukum (SH) setelah lulus kuliah memilih hidup di sebuah kampung paling pelosok, terisolasi, terkucil dan terpencil. Dia satu-satunya sarjana yang ada di situ, mantan aktivis kampus terkenal dan disegani. Kesibukannya kini hanya membuka warung kelontong di tengah kampung warisan bapaknya, tetapi dia bisa cepat kaya raya dan hartanya berlimpah ruah. Karena gelarnya, dia sangat dihormati, sering dimintai pendapatnya, bahkan gaya hidupnya banyak ditiru orang kampung. Misalnya, yang dulunya dia tidak suka pakai “Sarung”, kini sepanjang hari menggunakannya. Tidak ada yang tahu alasan mengapa dia suka sekali pakai sarung. Tetangganya hanya tahu, setelah dia pakai sarung, hidupnya menjadi makmur dan hartanya berlimpah ruah.
Pada suatu sore, dia didatangi sekelompok pemuda-pemudi kampung yang kesemuanya pakai sarung. Diluar dugaan, mereka mengaku sangat bangga memakai sarung seperti sekarang ini dan berharap bisa ikut cepat kaya raya. Aparat desa seperti Pak RT, Pak RW, Pak Kadus, Pak Lurah dan Pak Kades berang melihat banyak warganya pakai sarung. Dipanggillah si penyebar pertama wabah sarung ini untuk menghadap. Setelah menerima penjelasan soal sarung, akhirnya para aparat desa luluh hatinya. Memakai sarung ternyata enak dan dia memutuskan untuk ikut-ikutan bersarung, siapa tahu bisa segera hidup makmur. Sampailah pada saatnya semua warga di kampung memakai sarung, tak peduli tua, muda, laki-laki, perempuan, anak-anak, bahkan kakek-kakek dan nenek-nenek yang sudah bau tanah pun pakai sarung. “Sarung” mewabah di kampung kecil itu.
Pak Camat setelah menerima laporan, tengsin berat dan memanggil Kadesnya untuk dimintai keterangannya soal wabah nyleneh itu. Pak Kades menghadap camat dengan sarungnya. Anehnya, Pak Camat malah terpesona dan melupakan amarahnya dan ikut tergila-gila pakai sarung sembari berharap segera banyak harta. Pak Bupati yang sudah mengetahui wabah kurang patut ini juga murka di ruang kerjanya yang dingin ber-AC. Camat dipanggil untuk menghadap guna diintrogasi. Tetapi setelah camatnya menghadap pakai sarung, Pak Bupati terpesona dan akhirnya tertular pakai sarung sambil berharap kekayaannya kian bertambah. Pak Gubernur awalnya uring-uringan, ikut-ikutan pakai sarung juga setelah melihat penampilan bupatinya menghadap pakai sarung, orientasinya ingin hartanya tak terhitung. Terakhir, walaupun Pak Presiden sempat ngerusing, tapi melihat para menteri, pejabat negara dan seluruh rakyat di negarnya semua pakai sarung, akhirnya dia pun mengiyakan pakai sarung, dengan harapan pundi-pundi kekayaannya menggunung tak habis dimakan tujuh turunan. Secara nasional, sarung telah menyebar di semua lini akibat hukum yang berlaku di negara itu tak jelas dan tak tegas soal “Sarung”. Mungkin konotasinya, hampir sama persisnya dengan wabah korupsi dan penegakkan hukum dewasa ini.