30 April 2008

Prostitusi

PROSTITUSI sebuah kata tak asing di telinga yang selalu lengket dengan persoalan (maaf) ngesek, dunia malam, pelacur, PSK, lonte, perek hingga bisnis lendir. Asal katanya berasal dari bahasa Latin, pro-stituere atau pro-stauree yang berarti membiarkan diri berbuat zina, persundalan, pencabulan, gendakan dan istilah untuk perbuatan esek-esek lainnya, secara tidak sah. Usia profesi ini sama tua bangkanya dengan umur peradaban manusia. Di banyak bangsa di dunia ini, ada suatu budaya yang tidak jauh-jauh amat dengan praktek prostitusi. Mau tahu?
Pada zaman Babilonia, praktek prostitusi dipaksakan kepada banyak wanita bertujuan untuk menghormati sesembahan mereka, Dewi Mylitta. Dengan cara menggelar suatu upacara ritual yang buntut-buntutnya menjurus kepada perbuatan esek-esek juga. Kemudian di Negara India, pelaksanaan upacara-upacara ritualnya dikait-kaitkan dengan praktek prostitusi yang diperkirakan masih berlangsung hingga kini. Caranya dengan memproyeksikan kekuasaan pria sebagai dewa, sehingga relasi seks yang terjadi pada hekekatnya dianggap sebagai proses penyatuan diri Sang Dewa (bukan Dewa 19). Banyak yang menyebutnya dengan istilah prostitusi religius ala India. Selanjutnya pada masyarakat Eskimo, ada kebiasaan seperti budaya untuk menghormati tamu-tamu penting yang datang menginap di rumahnya, konon para suami menyuruh isterinya untuk menemani tidur sang tamu dengan pelayanan seks seperlunya. Kalaupun berujung pada kehamilan, bagi masyarakat Eskimo bukanlah suatu aib seperti masyarakat kita pada umumnya. Di Indonesia, pada beberapa kelompok suku di Pulau Wei Mentawai, konon sistem perkawinannya adalah dengan cara membiarkan anak-anaknya melakukan hubungan sek di luar nikah sebagai proses pendewasaan dan telah layak kawin. Selanjutnya masih konon juga, di Banjarnegara yang terkenal dengan istilah Gowokan, adalah suatu proses pendewasaan yang dilakukan dengan cara membiarkan anak lelaki berhubungan seks dengan pelacur, penari yang disebut ledek. Tentu saja, kita bakal sungkan untuk terang-terangan menyebut prostitusi adalah budaya.


Tidak ada komentar: