14 September 2009

Aborsi

AKSI jahat menggugurkan bayi-bayi manusia tak berdosa akibat dari perbuatan terlarang dua insan tak bertanggung jawab, masih terus berlangsung. Tak terhitung orok jabang bayi yang membusuk di tempat sampah, dikubur missal dan entah berapa lagi yang dibuang ke sungai, danau, laut, dibenamkan ke rawa-rawa dan dilempar ke jurang.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UNO (United Nation Organization) pernah mencatat, bahwa setiap tahunnya telah terjadi sekitar 75.000.000 kasus kehamilan yang tidak diinginkan akibat free sex alias pergaulan sek bebas. Dari angka itu, sebanyak 40.000.000 di antaranya diakhiri dengan aborsi. Sekitar 20.000.000 aborsi dilakukan dengan cara tak aman dalam arti menggunakan alat ala kadarnya dan ditangani oleh orang yang bukan ahlinya. Sisanya aborsi dilakukan dengan baik setelah melewati pertimbangan-pertimbangan medis. Padahal, aborsi yang dilakukan dengan cara tidak aman dapat menyebabkan kerusakan pada kelamin, system reproduksi bisa kacau, infeksi, pendarahan dan leher rahim robek serius.
Seorang wanita yang pernah melakukan aborsi menuturkan kepada saya: “Menunggu saat-saat aborsi adalah situasi yang paling menegangkan,menakutkan dan membutuhkan seseorang yang mampu memberikan sugesti dan jaminan bahwa semuanya akan nerjalan baik-baik saja. Sindroma kematian selalu membayangi sebelum dilakukan aborsi, bahkan bertahun-tahun hingga seumur hidupku setelah aborsi. Rasanya sangat sakit dan menakutkan,” tuturnya.(**)

Tidak ada komentar: