13 Oktober 2009

Rp 20.000 per Jam

“Anak-anak selamanya menerangi rumah tangga dan cahayanya tidak akan pernah sirna”.(Anonim)

ADA kisah menarik yang di ceritakan Dr. Anita di NET-P beliau yang berjudul “Temukan Alasan Anda”
1 jam Rp 20.000. Berikut kisahnya….
Pada malam hari sekitar jam 21.00 WIB di sebuah kota industri yang sedang berkembang, seorang bapak yang kelihatan sangat lelah berjalan memasuki rumahnya. Sesampainya di rumah dia disambut oleh anaknya yang berumur 6 tahun dengan begitu cerianya dan langsung mencium tangan di bapak. Terjadilah percakapan singkat:
”Kenapa kamu belum tidur?” tanya sang ayah kepada anaknya.
”Masih menunggu bapak,” kata si anak dengan polos.
”Emang ada apa? Ayo sampaikan!”
”Aku ada perlu sesuatu pak,” katanya seakan memohon.
“Pak…(dengan sedikit ketakutan) aku mau tanya, berapa bapak dibayar dalam 1 jam kalau bekerja?”
Si bapaki langsung tersentak dan membentak si anak, “Itu bukan urusan kamu….!!”.
“Tapi aku pingin tau pak?” Pinta si anak dengan wajah sangat ketakutan..
Karena tidak ingin percakapan jadi panjang, si ayah kemudian menjawab, bahwa dia dibayar sebesar Rp 20 ribu rupiah per jam.
Anaknya hanya bisa terdiam dan bersedih ketika bapaknya memintanya agar segera tidur. Tapi dia sempat meminta uang sebesar Rp 10.000 rupiah.
”Untuk apa, kalau emang hanya pengen minta uang, mengapa pakai nanya-nanya adi mau minta uang kenapa pakai tanya berapa gaji bapak,” katanya sambil memberikan uang Rp 10.000
Sambil berlari memasuki kamarnya, si anak ucapkan terima kasih. Setelah mulai reda emosinya, dia akhirnya tersadar, mungkin tadi dia terlalu keras dengan anaknya, maka diapun mendatangi kamar anaknya dan bertanya untuk apa uang tadi?
Si anak dengan tidak menjawab, mengeluarkan sejumlah uang recehan dari bahwa kasurnya. Melihat hal ini, si bapak jadi tambah marah.
“Kamu kan ada uang, kenapa tadi masih minta uang lagi…mau jajan terus ya…?”
“Tadi saya ada uang Rp 10 ribu, tapi masih kurang Rp 10 ribu lagi supaya genap Rp 20 ribu untuk membayar satu jam agar bapak pulang lebih awal. Karena aku kangen makan bareng sama bapak dan ibu, aku kangen dengan senyum bapak, aku kangen bermain dengan bapak, maukah pak?” ujar si anak ketakutan sambil menyerahkan uang Rp 20.000 itu.(**)

12 Oktober 2009

Berjuang Untuk Mati

“Kematian adalah suatu perjalanan yang besar dan dahsyat”.(James Matthew Barrie)

SEORANG gadis Inggris bernama Hannah Jones berjuang keras agar dirinya dapat segera mengakhiri hidupnya. Singkatnya, gadis berambut pirang ini segera ingin mati untuk mengakhiri segala penderitaannya. Keputusan untuk mati ini sangat berani diambil oleh gadis berusia 13 tahun (pada 2008) yang menderita cardiomyopathy dan leukemia ini. Dia lebih memilih menjemput maut ketimbang didatangi maut.
Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya Pengadilan Tinggi Horefordshire mengabulkan hak Hannah Jones untuk mati di tengah-tengah keluarganya ketimbang menjalani operasi dan terapi-terapi yang sudah bosan dijalaninya selama ini. Gadis asal Marden dekat Herefordshire ini mengaku sudah muak menjalani terapi kesehatan dan merindukan kembali merasakan kehangatan di tengah-tengah keluarganya. Maklum, diusianya yang baru 13 tahun, dia sudah 8 tahun berada di rumah sakit. Sejak usia 5 tahun dia divonis mengidap penyakit kanker darah ini dan terpaksa menjalani perawatan jangka panjang, karena dia juga menderita penyakit kelainan otot jantung atau cardiomyopathy. Akibatnya kemampuan jantung memompa darah hanya 10 persen dari kapasitas normal. Dia sudah menjalani operasi pacemaker sebanyak 3 kali. Mudah kah keinginan mati putri pasangan Andrew dan Kirsty Jones ini?
Divisi Perlindungan Anak Herefordshire Primary Care Trust menegaskan, bahwa cara untuk mengindari maut dari penyakit yang diderita Hannah adalah dengan melakukan transpalasi jantung. Jika keluarga Jones menolak, maka devisi ini akan memperkarakannya ke pengadilan. Wow, untuk mati pun ternyata tak gampang.(*)