07 Agustus 2010

Amarah Tuhan & Amarah Manusia


AMARAH bukan hanya milik manusia. Amarah juga milik Tuhan, meski Dia memiliki sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sejarah mencatat, konon Tuhan pernah marah dengan mengazab kaum-kaum yang tingkat pembangkangannya kelewatan.
Bagaimana jika manusia marah? Banyak nasihat yang ditujukan kepada orang-orang yang suka marah. Ambrose Bierce mengingatkan, “Bicaralah pada saat Anda sedang marah dan Anda akan melakukan pidato panjang yang akan Anda sesali”. Baltasar Gracian memberi nasihat, “Janganlah melakukan apa pun pada saat Anda marah, karena semua yang Anda lakukan menjadi serba salah”. Daniele Webster berpesan, “Tetaplah tenang, amarah bukanlah suatu alasan”. Henry Ward Beecher berkata, “Janganlah Anda melupakan kata-kata seseorang yang sedang marah yang ditujukan kepada kita”. Ovid berpetuah, “Bertambah agung seseorang, maka bertambah besar ketahanannya untuk tidak marah”. Saneca memberi tip ampuh, “Obat yang paling mujarab untuk mengobati amarah adalah dengan menundanya.
Karenanya, jika memiliki kemampuan menahan amarah, bersikaplah seperti ceret yang memakai sempritan. Dia hanya bernyanyi saat airnya sudah mendidih. Kebanyakan, jika seseorang benar biasanya dapat menahan diri untuk bersabar. Tetapi jika orang itu bersalah, biasanya tidak dapat menahan diri untuk tidak marah. Padahal, dengan amarah, sangat sulit untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain. Simpanlah amarah karena tidak seorang pun yang menginginkannya. Pepatah India menyebutkan amarah berakhir dengan kekejaman. Pepatah China berkata jika seseorang berada dalam keadaan marah, dia tidak berada di pihak yang benar dan jangan menulis surat pada saat sedang marah. Pribahasa Jerman, amarah tanpa tenaga adalah kebodohan. Peribahasa India, janganlah melempar amarah yang dapat berbalik melawan, karena api memiliki panas yang sama saat dinyalakan. Penulis berpesan, ” Anger Punishes Itself” yang artinya amarah dapat menghukum dirinya sendiri.
Bagaimana jika Tuhan Marah? Bisanya Dia akan memberikan teguran dalam banyak bentuk dan wujud yang oleh banyak orang diterjemahkannya sebagai cobaan. Mungkin cobaan itu bisa berupa bencana, musibah, penderitaan, kesedihaan, bahkan bisa dalam bentuk kebahagiaan dan kegembiraan. Menurut orang bijak, ada satu hal untuk dilakukan oleh manusia ketika cobaan-cobaan itu datang, yakni dengan introspeksi diri dan mencari hikmah di balik setiap cobaan yang datang. Yang pasti, tidak akan pernah ada yang berani menasehati Tuhan ketika Dia marah.(***)

Tidak ada komentar: