07 Agustus 2010

Humor Politik

“Tuhan sajalah yang perlu ditanggapi dengan serius, tetapi manusia hendaknya cukup ditanggapi secara humor”.(Plato)

MEDIA masa banyak menyajikan gambaran betapa “kejam”-nya dunia politik. Saling sikut, gontok-gontokan, saling jegal, saling menjelekkan seakan dirinya paling hebat, saling banting hingga timbulkan kerusakan, saling serang hingga mengancam harta dan jiwa. Tak ada lagi rasa humor.
Saling dukung-mendukung dalam dunia perpolitikan, juga kental dengan aroma anarkis jika tujuannya tak tercapai. Sekelompok pendukung mendadak brutal karena kecewa jagoannya tak menang, dan mengamuk karena merasa dicurangi saat pemungutan suara. Mereka tak lagi punya selera humor. Seolah-olah, langit akan ambruk dan kiamat terjadi kalau jagoan mereka tidak menang.
Helmut Lindemen, jurnalis kawakan Jerman yang juga doctor Ilmu Hukum mengatakan, humor dalam dunia poltik bertujuan supaya para politikus tidak terlalu serius. Humor dapat menangkal keseriusan yang brutal dalam percaturan politik yang terkadang menghilangkan akal sehat dan rasa prikemanusiaan. Wilhelm Raabe, novelis kenamaan Jerman abad ke-19 mengatakan, humor adalah sabuk pengaman untuk mengarungi kehidupan.
Salah satu perbedaan antara manusia dengan makhluk lain adalah dalam hal humor ini. Misalnya binatang, diketahui memiliki naluri bahkan akal, pikiran dan perasaan. Demikian juga dengan makhluk lain seperti jin, genderwo, setan, kuntilanak, sundel bolong, wewe gombel, dedemit, tuyul, hantu bangkit, dan sebagainya. Namun saya mragukan apakah mereka juga memiliki rasa humor?
Filosof Belanda, Jan Huizinga dalam karyanya Homo Ludens (1938) mengungkapkan tentang berkah humor yang dilimpahkan Tuhan kepada manusia. Dia melihat gejala kemerosotan unsur humor telah terjadi dalam kehidupan sejak seabad sebelumnya. Padahal humor menjamin tumbuhnya fleksibilitas dalam hubungan yang menegangkan seperti dalam dunia politik. Hilangnya unsur humor dalam politik, memicu munculnya aksi-aksi kebrutalan. Sayangnya, sangat sedikit politikus yang memiliki rasa humor.(***)

Tidak ada komentar: