07 Agustus 2010

Kegelisahan Maladewa


“Kita harus menggarap tanah(alam) kita. Ketika manusia ditempatkan di Taman Eden, adalah untuk bekerja. Hal ini membuktikan bahwa manusia dilahirkan bukan untuk istirahat”.(Voltaire)

PEMERINTAH Maladewa tidak mau main-main merespon ancaman pemanasan global yang sudah menjadi isu internasional dewasa ini. Seperti Apa?
Sejak di bawah pemerintahan Presiden terpilih Muhamed Anni Nashed secara demokratis, negeri pulau di Samudera Hindia ini mulai menyisihkan tabungan sebagai salah satu bentuk persiapan riil mengantisipasi Global Warming. Dana yang terhimpun itu nantinya akan akan digunakan untuk membeli wilayah daratan baru. Langkah fenomenal itu dilakukan sebagai antisipasi terhadap kemungkinan terburuk akibat pemanasan global. Sebab, bila pemanasan global terus meningkat akan berdampak kepada meningginya tingkat permukaan air. Sehingga negeri yang berpenduduk sekitar 300 ribu-an jiwa ini memang terancam hilang dari peta bumi.
Negara ini akan menabung pendapatannya dari sector pariwisata yang merupakan penyumbang terbesar pendapatannya. Per tahunnya, mereka bisa mengantongi hingga milyaran dolar. Mereka mengaku tidak dapat mengelak dari perubahan iklim, sehingga konon katanya jalan keluarganya adalah dengan membeli daratan atau lahan di suatu tempat yang akan dijadikan sebagai jaminan jika terjadi kemungkinan terburuk akibat global warming.
Sejatinya, mereka tidak ingin meninggalkan Maladewa, tetapi mereka juga tidak ingin menjadi korban iklim dengan tinggal bertahun-tahun di tenda-tenda pengungsian. Yang menjadi incaran untuk dibeli daratannya adalah India dan Sri Lanka. Alasannya karena kedua negara tetanganya itu memiliki kemiripan budaya dan iklim dengan Maladewa. Alternative lainnya adalah Australia. Berminatkah Maladewa membeli lahan di Indonesia? Hingga tulisan ini diturunkan, saya belum berhasil mengkonfirmasi Presiden Maladewa, sebab saya tidak memiliki nomor telponnya.(*)

Tidak ada komentar: