07 Agustus 2010

Merdeka…!!

“Sesuatu yang paling menyedihkan di dalam hidupku adalah ketika aku menemukan bahwa rakyat dapat memperoleh kemerdekaannya dari kolonialisme, tetapi menemukan diri mereka ternyata tidak bebas”. (Joshua Nkomo)

MERDEKA! Para orang kaya gedongan, elit politik, dan pejabat gedean dengan bangga mengumandangkan lagu kemerdekaan dan berteriak: Merdeka. Itu adalah hak mereka. Namun, anak-anak sekolah juga memekikkan kata merdeka hingga urat-urat leher mereka menegang. Sementara untuk bisa bersekolah, orang tua mereka harus bekerja keras membanting tulang, mandi keringat dan peluh akibat tingginya biaya pendidikan. Sumber dari Departemen Pendidikan Nasional tahun 2006 menyebutkan, angka anak putus sekolah tingkat SD/Madrasah Ibtidaiyah mencapai 840.600 orang. Di tingkat SMP/MTs sebanyak 174.000 dan di tingkat SMA/SMK/MA tidak kurang dari 178.600 orang. Yang lebih menyedihkan lagi, anak yang tidak mampu bersekolah karena lagi-lagi alasan mahalnya biaya pendidikan adalah sebesar 4,2 juta orang. Konon, dari 2 juta orang lulusan SMA setiap tahunnya, hanya sekitar 500 ribu orang yang mampu lanjutkan sekolah ke perguruan tinggi.
Orang miskin meneriakkan teriakan merdeka, sementara itu baru-baru ini PBB menyajikan catatan kelam tentang tragedi kemanusiaan, di Indonesia jumlah penduduk miskin relative yang berpenghasilan kurang dari US$ 2 per hari menurut standar Bank Dunia, jumlahnya mencapai 60 %. Disebutkan pula, bahwa sekitar 20-30 % dari kelompok ini terkungkung dalam kemiskinan absolute, kurang sandang, kurang pangan, kurang papan, kurang air bersih, kurang pendidikan, kurang kesehatan dan kurang alat transportasi.
Teriakan petani juga membahana memekikkan kata merdeka, padahal sebagian dari mereka hidupnya belum sejahtera. Walaupun ada banyak komoditi ekspor negeri ini yang mampu berbicara banyak di pasar internasional. Misalnya kelapa sawit, dengan nilai ekspor CPO mencapai 60 % dari total perdagangan dunia dengan negara tujuan Belanda, India, Jerman, Italia, Brazil, Spanyol dan China. Ironisnya harga minyak goreng di dalam negeri selangit. Kemudian karet, Indonesia mendominasi pasar internasional dengan angka 33 %, bersama Thailand 25 %, dan Malaysia 13 %. Negara pengimpor terbesar karet olahan dari Indonesia adalah AS, Jepang, China, Korea Selatan, Rusia, Jerman, Kanada, Singapura dan Belgia. Ironisnya, harga karet pernah terjun bebas hingga Rp 2.000 per kilogram. Komoditi lain adalah cokelat yang di pasaran internasional saat ini dukuasai oleh tiga negara, yakni Pantai Gading, Ghana dan Indonesia. Sedangkan negara importir cokelat adalah AS, Belanda, Jerman, Inggris dan Perancis. Ekspor cekelat pada tahun 2007 mencapai 624.241 dan pada tahun 2008 diproyeksikan total ekspor mencapai 701.269 ton. Satu lagi adalah komoditi kopi dengan volume terbesar ekspor kopi Indonesia terdiri dari kopi Arabica dan Robusta. Nilai ekspor kopi Arabica Indonesia meningkat 20 % per tahun. Importir utama kopi dunia adalah Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Jepang dan Italia. Peringkat pertama produsen kopi dunia masih diduduki oleh Brazil dengan volume ekspor mencapai 1,2 ton per tahun. Tapi, kesejahteraan di negeri ini masih jauh panggang dari api. Apa yang salah, atau, adakah yang ngurus bangsa ini? Jawabannya adalah: Merdeka(***)

Tidak ada komentar: