07 Agustus 2010

Pemimpin Besar


“Agar dapat membangun kjekuasaan yang kokoh, seorang raja harus tega membunuh”. (Nicolo Machiaveli)

Proiyono B. Sumbogo dalam tulisannya mengatakan, bahwa sejarah mencatat kekuasaan bukanlah wilayah orang-orang suci, bertagwa, bermoral, jujur dan bijaksana. Semua itu tidaklah penting. Karena dalam torehan sejarah para pemimpin besar dunia, 9,99 % diantaranya adalah berjiwa penjajah. Logikanya, seorang penjajah pasti bukan orang suci, bukan orang bertaqwa, bukan orang jujur dan bukan orang bijaksana. Kita “sepakat”, jika seorang penjajah itu kejam, jahat dan pasti pembunuh.
Anda pasti pernah dengar nama Jengis Khan pemimpin Mongol yang berasal dari suku pengembara kecil yang akhirnya mampu menguasai lebih dari separuh dunia karena jiwa penjajahnya. Kemudian Iskandar Zulkarnain atau Alexander The Great, untuk menjadi pemimpin Imperium Macedonia sebagai negara yang besar, disegani dan ditakuti sepanjang sejarah dunia, dia harus membunuh bapaknya sendiri dan memperluas daerah kekuasaannya dengan cara menjajah negara lain. Ada lagi pemimpin bengis bernama Hitler yang sangat mengagungkan bangsa Aria-nya, sehingga bangsa Yahudi pun dibasmi. Hitler dikenal sebagai orator ulung dan diktator pengobrak-abrik dunia, sehingga sangat pantas jika disebut sebagai penjahat. Sejarah mencatat pula nama Musolini yang dikenal sebagai kriminal bagi dunia karena jiwa penjajahnya, tetapi dia adalah tonggak sejarah keagungan Imperium Romawi yang terus harum hingga saat ini di lembar-lembar buku sejarah dunia. Nah, yang terakhir adalah Bush, (presiden AS ke-43) yang boleh jadi dianggap penjahat bagi negara-negara timur seperti Kuwait, Irak, Iran, Libya dan negara-negara lain yang tak sejalan dengan kepentingan negaranya. Jika ada negara yang tidak sepaham pula dengan isi otak dan pemikirannya, sudah pasti bakal dia usilin terus.
Anda sepakat dengan saya bahwa mereka itu adalah orang-orang jahat? Sepakat tidak sepakat adalah jawaban yang objektif. Namun, sejak dahulu kala negara-negara hebat dan maju di Eropa atau Jepang di Asia mampu menjadi negara kuat, karena jiwa penjajah para pemimpinnya. Kerajaan-kerajaan besar Nusantara yang terkenal hebat dan kuat pun, karena jiwa penjajah para raja-rajanya. Bukan malah dijajah, sehingga harus kehilangan wilayah teritorialnya.
Setelah membaca tulisan ini, Anda bebas merenung, berpikir, membandingkan dan bebas pula untuk tidak berbuat apa-apa. Tapi, sekarang ini sejumlah nama tokoh bangsa kita sudah mulai bermunculan di bursa pencalonan pada Pemilu Presiden RI mendatang. Siapakah diantara mereka yang paling cocok? Entahlah.(**)

Tidak ada komentar: