07 Agustus 2010

T e l e r

“Tidak ada gunanya seorang pemabuk mencemaskan massa depan. Sebab, untuk mereka sebenarnya sudah tidak ada lagi hari esok”.(Anonimous)

MIRAS (minuman keras) dan Narkoba, telah menjadi momok menakutkan karena dampaknya yang mengerikan. Tak berlebihan jika agama mengharamkannya dan pemerintah melarang keras. Ironisnya, Miras dan Narkoba telah menyeruak di tengah-tengah masyarakat kita.
Saya akan bercerita, konon di Swedia, salah satu negara yang belum sempat saya kunjungi (hehehe…), penjualan Miras hanya boleh dilakukan sekali dalam seminggu, yakni hanya diperbolehkan pada hari Kamis dan hanya oleh toko-toko tertentu saja. Pembelinya juga harus sudah berumur 21 tahun ke atas dengan menunjukkan kartu identitas diri. Pembeliannya tak boleh lebih dari 1 liter. Di Swedia, Miras diawasi secara ketat. Bagaimana dengan di Indonesia? Saya malas berkomentar.
Kemudian di Rusia, saya juga belum sempat mengunjungi negara ini (hehehe…), di zaman pemerintahan Kruschev, yang menjadi musuh nomor satu adalah Vodka, bukan Amerika Serikat atau agama. Penyebabnya, karena di setiap musim dingin bersalju, orang-orang Rusia gemar mengunjungi bar-bar dan pub yang sangat mudah ditemukan di negara komunis itu. Mereka minum Miras guna menghangatkan tubuh hingga teler. Saat meninggalkan pub atau bar, kondisi mereka sudah payah akibat mabuk berat. Mereka tumbang dan terkapar di jalanan tidak sadar, dan tubuhnya tertutupi/tertimbun salju. Bisa ditebak, mereka pun tewas mengenaskan. Ketika salju mencair, bertebaranlah bangkai-bangkai manusia bergelimpangan di jalanan kota-kota di Rusia.
Ironisnya, kita mengimpor Miras termasuk Vodka. Tak logis dan hanya terpukau ketika melihat produsen Miras luar negeri meraup keuntungan besar dari penjualan Miras ke Indonesia. Sementara Miras di luar negeri dibatasi, di Indonesia dapat dijumpai dengan mudah. Berbagai merk Miras luar negeri membanjiri Indonesia, berbaur dengan Miras merk local dan Miras tradisional. Indonesia menjadi surga peredaran Miras, termasuk Narkoba. Menurut hitung-hitungan kedokteran, jika diketahui 1 orang pecandu Miras dan Narkoba, berarti sedikitnya ada 10 orang lain yang juga mengkonsumsinya. Seperti fenomena Gungung Es, hanya puncaknya saja yang terlihat, sementara yang tidak terlihat lebih besar lagi. Jadi beruntunglah bagi Anda yang bukan pecandu Miras atau Narkoba. Mengapa?
Ada cerita, seorang pemabuk sedang terkapar di rel kereta api. Dia berbaring tak berdaya di atas rel itu sejak tengah malam sepulang pesta Miras dengan teman-temannya di ujung kampung dekat kuburan. Dalam kondisi masih teler, pemabuk itu merangkak mengikuti rel. “Siapa sih yang membuat tangga sepanjang ini? Pasti sampai ke langit,” ujarnya sambil terus merangkak seperti layaknya sedang menaiki anak tangga.(***)

Tidak ada komentar: