09 November 2010

Mereka Musuh Koruptor

“Jika tiga buah kerikil dijatuhkan dari pesawat di wilayah NKRI, maka dua kerikil diantaranya akan mengenai kepala koruptor”.(Anekdot)

HONGKONG dipandang dunia sebagai salah satu negara yang berhasil menggulung korupsi, meski tidak mudah. Ketika Independent Commission Against Corruption (ICAC) Hongkong didirikan untuk melakukan pemberantasan korupsi besar-besaran, muncul perlawanan dari koruptor. Tahun 1974, ICAC pernah didemo besar-besaran. ICAC menjadi musuh siapapun yang terindikasi korupsi.
Dunia juga mengenal Nuhu Ribadu, hero atau pahlawan kepolisian di Nigeria yang kariernya sangat cemerlang, dan dia paling jempolan dalam mengemplang koruptor. Di than 2003 dia adalah Kepala Economic and Finnancial Crimes Commission Nigeria. Sepak terjangnya luar biasa menakutkan, mengerikan dan menjadi momok menakutkan serta mimpi buruk bagi para koruptor. Banyak kasus sogok dalam jumlah besar dilawannya, bahkan dijadikannya sebagai pintu masuk untuk kasus korupsi lebih besar. Tapi seperti nasi polisi-polisi baik pada umumnya, nasibnya malang. Setelah menghajar seorang politisi senior di Nigeria dengan tuduhan korupsi, dia terpelanting dari jabatannya. Bahkan dia malah dituduh sebagai pelaku sejumlah kejahatan dan diancam bunuh. Pada tahun 2009, dia terpaksa melarikan diri dan terdampar di Inggris.
Kalo di Indonesia, hanya perlu menyebut nama Bibit-Chandra, lalu muncul “Cicak vs Buaya” yang oleh banyak orang dianggap sebagai aksi “balas dendam” para koruptor menentang gerakan anti korupsi. Bibit-Chandra pun dihajar dengan tuduhan pelaku kejahatan.
Nah, ICAC di Singapura didukung penuh oleh pemerintahannya untuk menumpas korupsi dengan dukungan ribuan pegawai dan diinjeksi duit US$ 90 juta pertahun, bahkan diberi wewenang untuk mengakses hal-hal penting tanpa batas untk pengungkaan korupsi. Nasib berbeda dialami oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Indonesia. Boro-boro diberi dukungan seperti ICAC di Singapura, justru anggota KPK terancam disikat. Banyak pihak yang tidak suka dan rajin menghandrik KPK ketimbang mendukung. “Kami sendirian, di kanan kiri koruptor,” ujar Bibit Samat Riyanto.

Tidak ada komentar: