31 Desember 2010

Indonesia vs Malaysia

“Pengalaman saya dalam memerintah adalah jika suatu urusan tidak terkoordinasi dengan baik, maka tidak akan ada kemajuan”.(John Fitzgerald Kennedy)

BANYAK kalangan menilai, ketimpangan terjadi di sejumlah sector kehidupan antara Indonesia dan Malaysia. Singkatnya, dengan tidak mengurangi jiwa nasionalisme, dengan pahit lidah saya harus mengatakan negara tetangga itu konon lebih unggul
Dalam Piala AFF 2010 pun, Malaysia berhasil “mengganyang” Indonesia dengan skor meyakinkan di leg pertama 3-0, dan Malaysia kalah tipis di leg kedua 1-2. Tapi, tetap saja mengantar Malaysia melenggang menuju tangga Juara Piala AFF 2010.
Persetruan antara kedua negara satu rumpun ini, sesungguhnya sudah berlangsung sejak lama. Persetruan di bidang perekonomian, keamanan, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan sebagainya, hampir semuanya berunjung kepada kekalahan Indonesia. Bermula ketika Presiden Soekarno menggelorakan “Ganyang Malaysia” pada tahun 1963, dan kemudian Indonesia memutuskan hubungan diplomatic serta keluar dari PBB kala itu. Normalisasi hubungan kedua negara ini baru terjadi pada 1966.
Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan selama 35 tahun, akhirnya Mahkamah Internasional memutuskan Malaysia sebagai pemilik sah kedua pulau tersebut. Kemudian sengketa kepemilikan Blok Ambalat di perairan sebelah timur Pulau Kalimantan, dan Malaysia terus melancarkan provokasi. Pada tahun 2005, melalui Petronas Malaysia memberikan hak konsesi minyak kepada perusahaan Shell. Tentara Laut Diraja Malaysia juga melakukan 6 kali manuver di wilayah perairan Indonesia.
Hebatnya lagi, Malaysia malah berani melakukan klaim sejumlah budaya Indonesia, seperti batik, angklung, lagu “Rasa Sayange”, dan Reog Ponorogo sebagai khazanah budayanya pada tahun 2007. Kemudian yang tidak kalah usilnya, pada 15 Agustus 2010, tiga orang petugas Indonesia ditangkap Polisi Diraja Malaysia saat menggiring 5 buah kapal berbedera Malaysia yang ketangkap maling ikan di perairan Indonesia.
Tentunya, itu hanya sedikit contoh kasus betapa ngelonjaknya Malaysia. Karena masih banyak lagi, seperti kasus penggeseran patok tapal batas negara, penyiksaan Tenaga Kerja Indonesi (TKI) hingga penganiayaan pelatih karate Indonesia sampai babak belur. Tentunya masih banyak lagi. Apakah Indonesia melempem diam saja? Tanya saja kepada rumput yang sudah mulai enggan bergoyang di negeri aneh ini.(fb:Anto Winarno)


AK-47

“Aku tetap bisa tidur nyenyak. Karena aku merancang AK-47 untuk membela diri, bukan untuk membunuh. Jika banyak yang terbunuh oleh senapan ini, itu adalah kesalahan politisi yang tak mampu mencapai kesepakatan damai dan memilih cara kekerasan untuk memecahkan masalah mereka”.(Mikhail Timoveevich Kalashnikov)

SEMUA orang pasti mengenal senjata laras panjang bernama AK-47 yang telah menjadi senjata pembunuh paling ampuh di berbagai ajang pertempuran sejak tahun 1947. Senjata ini modelnya keren, efektif dan tangguh di segala medan perang. Bahkan, Densus 88 Anti Teroris juga mengamankan sejumlah barang bukti berupa AK-47 dari tangan teroris.
Tak banyak yang tahu, senjata ini dirancang oleh Mikhail Timoveevich Kalashnikov pada Perang Dunia II. AK-47 bermakna Automat Kalashnikov alias senjata otomatis ciptaan Kalashnikov yang diproduksi pertama kali pada tahun 1947. Bobotnya 4,8 kg, jangkauan tembak 800 meter dan tetap efektif meskipun terendam air kotor. Saat ini, lebih dari 50 negara di dunia menggunakan senjata AK-47.
Mukhail Timoveevich Kalashnikov lahir tanggal 10 November 1919 di Desa Kurya, Siberia anak bungsu 17 bersaudara, dari seorang petani miskin. Dia tak mampu tamat SMA. Memilih bekerja di bengkel Kereta Api hingga ikut wajib militer tahun 1938, dan tamat pendidikan Teknik Tank. Ketika dikirim ke medan perang, dia alami luka parah dan dirawat di rumah sakit. Dalam perawatan medis itulah dia pergunakan merancang senjata AK-47 dan akhirnya diproduksi secara massal. Karena senjata rancangannya itu, dia mendapat pangkat kehormatan, Mayor Jenderal. Ironisnya, dimasa tua dia hidup sederhana, karena hak patennya diserahkan kepada negara. Jika tidak, sudah pasti dia akan menjadi Milyuner seperti saya.(fb:Anto Winarno)

Refleksi Tahun Baru 2011

"Tak masalah sekencang apa Anda berlari, namun jika berada di jalur yang salah, kembali lah".(Sabrina Jasmine)

EUFORIA menyambut tahun baru telah menggema hingga ke pelosok negeri. Orang besar hingga orang kecil seperti saya, pejabat kelas kakap hingga pejabat kelas teri seperti sasya, dan orang gedongan hingga si fakir miskin dan kere seperti saya, pun larut dalam kemeriahan pergantian tahun.
Tahun baru telah membuat saya terlena lupa dengan masalah bangsa ini seperti pendidikan mahal,berobat mahal,harga sembako terus merangkak naik, BBM langka/mahal, warga miskin mencapai 4o juta, hukum diperjualbelikan, markus gentayangan,orang-orang lemah tertindas,koruptor lenggang kangkung,korban bencana masih butuh uluran tangan,banyak warga tinggal di gubuk-gubuk reyot, rakyat susah makan pakaian compang-camping dan dekil, jalan dan jembatan bobrok,bangunan sekolah tak terurus,pengemplang pajak pesta pora,makelar pajak meraja lela,kriminal melonjak tajam,dan masih jutaan persoalan lain yg tak dapat saya sebutkan satu persatu di lembaran ini.
Lalu apa harapan saya untuk bangsa ini di tahun baru 2011?
Saya sudah antipati,apatis,putus asa dan tak berharap apa-apa di negeri aneh ini.
Apa harapan untuk diri saya sendiri?
Cukup berharap bisa menjadi lebih baik dari hari kemarin.(fb:Anto Winarno)