23 Februari 2011

Laskar Pemburu Harta Koruptor

“Kalau saja Robin Hood hidup di jaman sekarang ini, dia akan mencuri dari orang-orang miskin. Karena orang kaya hanya membawa kartu kredit, dan hartanya disimpan di bank dan di luar negeri.”(Anekdot)

INDONESIA seakan hanya menjadi ladang korupsi olah para koruptor. Setelah puas mengeruk harta benda, merepa pun membawanya kabur ke luar negeri. Berleha-leha menikmati barang haramnya sambil ongkang-ongkang kaki.
Saya tidak tahu seberapa besar uang koruptor negeri ini yang digondol ke luar negeri. Tentunya sangat besar, dan seharusnya perlu dibentuk Laskar Pemburu Harta Koruptor untuk merebut kekayaan haram yang disimpan di luar negeri. Kita bisa belajar dari sepak terjang tim pemburu harta koruptor dari negara-negara Afrika dan Karibia. Di Haiti, diktator Jean Claude “Baby Doc” Duvailer bersama keluarga terbang ke Perancis membawa serta segunung kekayaannya hasil korupsi. Pemburu harta koruptor Haiti yang berani melawan tukang korup sedang berupaya membawa pulang harta hasil korupsi itu.
Saat ini, Swiss yang dinilai menjadi negara paling “aman” untuk menampung harta benda tak jelas dari luar negeri, telah memberlakukan undang-undang yang berpihak kepada negara yang menjadi korban kuruptor. Namanya Return of Illicit Assets Act yang memberlakukan pembuktian terbalik, serta memungkinkan pemerintah membekukan dan mengembalikan aset asing yang disimpan di negara bersuhu dingin itu.
Sebelum Haiti yang bernyali melawan koruptor, ada Nigeria, Uganda, dan Ghana yang patut dicontoh. Nigeria yang tidak tunduk kepada segelintir koruptor, berhasil merebut kembali US$ 1,2 miliar yang disimpan Jenderal Sani Abacha di Swiss. Uganda dan Ghana juga terlihat gagah dan tak ingin dipecundangi koruptor, berhasil menyita berbagai asset di Inggris dan Perancis. Filipina mempertontonkan ketegasannya, berhasil mengambil alih sebagian harta yang dicuri mantan presidennya, Ferdinand Marcos yang amat korup itu.
Bagaimana dengan Indonesia? Mengingat gegap-gempitanya reformasi 1998 yang mengusung semangat anti korupsi, tak ada yang bisa saya lakukan. Selain hanya bisa berharap Indonesia bisa segagah Haiti, Nigeria, Ghana, Uganda dan Filipina yang tak melempem menghadapi koruptor.(refleksianto.blogspot.com)

19 Februari 2011

M u n d u r

“Bersikaplah baik kepada semua orang pada saat Anda berada di atas. Karena Anda akan kembali menjumpai mereka pada saat Anda berada di bawah”.(Wilson Mizner)

GELOMBANG demonstrasi akibat ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah dan institusinya melanda sejumlah negara. Bahkan di Mesir, Presidennya (Hosni Mubarak) yang telah berkuasa selama 30 tahun, dipaksa lengser oleh rakyatnya di Februari 2011. Di Indonesia, mendiang Presiden Suharto yang berkuasa selama 32 tahun, juga dipaksa mundur oleh desakan rakyatnya melalui gelombang demontrasi besar-besaran di tahun 1998.
Hosni Mubarak maupun Suharto hanyalah contoh dua kasus, tentang seorang penguasa yang dipaksa mundur. Sekaligus sebagai contoh, kemunduran dua tokoh negawaran ini dari tahtanya bukan karena kesadarannya sendiri, melainkan karena keterpaksaan karena dipaksa mundur.
Nagouib Mahfouz, sastrawan terkenal Mesir dalam karyanya berjudul The Children of Gabelaawi, menulis sebuah kalimat yang mungkin bisa membakar rakyat yang sakit hati kepada pemerintahnya untuk melakukan gelombang aksi di jalanan. Bunyinya: “Itu adalah rumah nenek moyang kita. Kita semua anak-anaknya. Kenaapa kita kelaparan? Apa yang telah kita lakukan?”. Saya tidak tahu, apakah ada korelasinya atau tidak dengan terjadinya gelombang demonstrasi rakyat yang banyak terjadi saat ini.
Sementara itu, sejarah mencatat cukup sedikit ada pemimpin bangsa yang mundur dari kursinya atas kesadaran dirinya sendiri. Meskipun ada, tentu jumlahnya tidaklah banyak. Bisa dihitung dengan jari jemari. Salah satunya adalah Thomas Jefferson, presiden ketiga Amerika Serikat yang dilantik pada tahun 1801, memilih mundur meninggalkan kursi kepresidenannya, yang telah dua periode didudukinya pada tahun 1808. Padahal saat itu, periode keduanya belum usai, tidak ada saingan yang berarti, dan tak ada gelombang demonstrasi rakyat yang menuntutnya lengser. Konon, alasannya amat sepele. Dia hanya ingin pulang kampung. Bahkan dengan riang gembira dia berkata, dengan kemundurannya dari kursi Presiden AS, dirinya telah bebas dari borgol kekuasaan. Hal itu juga yang dikatakannya kepada penggantinya, James Madison.(fb:Anto Winarno)

Populer

“Jika batu menimpa telur, kasihan telur itu. Jika telur menimpa batu, kasihan telur itu”.(Sabrina jasmine)

SAAT ini, orang yang paling popular di Indonesia adalah Gayus H Tambunan. Kepopulerannya melebihi artis paling top di negeri ini.
Seluruh media massa, baik elektronika maupun media cetak, tak habis-habisnya memberitakan mantan pegawai Dirjen Pajak yang didakwa melakukan korupsi, pemalsuan dokumen, menyogok, bebas keluar masuk sel dan sebagainya.
Dia memang popular, karena bisa begitu mudah, konon sebanyak 68 kali tidak kembali ke Rumah Tahanan Brimob, yang katanya yang paling ketat di negeri ini. Dia popular kerena konon berhasil menyogok aparat hukum dengan uang yang banyak miliknya. Dia popular bisa membuat paspor meski dirinya berada di dalam penjara dan sukses melancong ke Bali, Singapura, Malaysia bahkan hingga ke Makau. Dia juga popular, karena paspor yang dibuatnya konon harganya mencapai Rp 900 juta. Parpor termahal di dunia ini. Mungkin juga termahal di dunia makhluk halus sana. Ironisnya, yang berhasil mengungkap melancongnya Gayus itu adalah warga Negara biasa, yakni seorang wartawan dan seorang wanita bernama Devina yang curhat lewat surat pembaca di sebuah surat kabar nasional.
Terlepas dari semua itu, kepopuleran Gayus memang tak ada hentinya. Karena oleh pengadilan, dia “hanya” divonis 7 tahun dan bayar denda Rp 300 juta. Bagi sebagaian orang, ganjaran itu sudah sesuai, namun bagi sebagian orang lagi, vonis itu melukai rasa keadilan masyarakat. Karenanya, banyak yang berpendapat, akan muncul Gayus-Gayus lain di negeri aneh ini, tentunya dengan segala kepopulerannya.(fb:Anto Winarno)

Kapak, Gergaji, Palu dan Api

“Kekuatan dan ketepatan akan menaklukkan segalanya.(Benjamin Franklin)

PADA suatu hari, berjalan-jalanlah empat sahabat yakni Kapak, Gergaji, Palu dan Api dalam cerahnya pagi menuju ke suatu tempat yang sengaja saya rahasiakan nama lokasinya. Namun di perjalanan mereka terhadang oleh sebatang baja yang melintang di tengah jalan dan menghentikan langkah keempatnya. Bermodalkan kekuatannya masing-masing, mereka berusaha untuk menyingkirka baja tersebut.
“Tak usah khawatir, aku yang akan membereskannya,” ujar Kapak sambil menghantam baja itu bertubi-tubi. Namun, tak membuahkan hasil sama sekali, bahkan mata Kapak malah sompel. Kapak mundur teratur dengan rasa malu.
“Sepertinya harus aku yang turun tangan. Minggir, biar kubereskan baja ini,” tegas Gergaji sambil menggorok baja keras itu dengan gigi-giginya. Hasilnya sama saja, malah giginya pada rontok ke tanah. Gergaji pun menyerah dengan gigi ompong.
“Sudah kubilang, kalian tidak akan mampu menyingkirkan baja itu. Biar aku saja yang menyelesaikannya. Sangat mudah bagiku,” kata Palu bernada sombong sambil menghantam berkali-kali baja itu. Jangankan penyot, justru kepala Palu yang benjol di sana-sini. Palu pun mengakui kehebatan baja dan menyingkir menjauh.
Sementara itu, Sang Api yang sedari tadi tak banyak bicara dan setia mendengar pertentangan teman-temannya kini ikut bicara. “Jika diijinkan, aku akan mencoba membantu kalian menyingkirkan baja ini,” ucap Api sambil melingkarkan pelukannya pada baja itu. Api mendekapnya erat-erat tanpa melepaskan sekejap pun. Akhirnya, baja yang keras itu pun akhirya lumer. Baja mencair dan mereka kembali melanjutkan perjalanannya.(fb:Anto Winarno)

J o k i

“Lebih bijksana menghindari ketidakadilan dengan tenang, daripada mengatasinya dengan bertengkar”. (Francis Beaumont)

TERLALU sering mendengar kata joki. Bukan hanya di dunia olahraga berkuda istilah joki ini dikenal, namun di dalam kehidupan sehari-hari juga cukup akrab di telinga. Apalagi sekarang, istilah joki seperti sudah membudaya.
Ketika kita mendengar kata joki balapan kuda, tidak ada reaksi apa-apa, apalagi protes. Tapi kalau sudah mendengar Joki CPNS, Joki Sipenmaru (seleksi penerimaan mahasiswa baru), dan yang akhir-akhir ini amat beken adalah Joki Napi (Narapidana). Joki CPNS marak terdengar saat pemerintah sedang membuka lowongan pekerjaan di lingkungan pemeirntahan. Joki Sipenmaru juga sering terdengar saat penerimaan mahasiswa di tahun ajaran baru. Sedangkan Joki Napi terdengar kencang ketika baru-baru ini terungkap kasus pertukaran Narapidana dengan orang lain dengan imbalan sejumlah uang di Rutan Bojonegoro.
Jika melihat besarnya imbalan yang diperoleh oleh Joki CPNS, Joki Sipenmaru, maupun Joki Napi, sepertinya ini adalah peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Jika saat ini sudah ada perusahaan seperti CV atau PT yang menyediakan jasa tenaga kerja bidang scurity, pembantu rumah tangga hingga baby sister, yang iklannya banyak dipasang di media massa. Maka pada suatu saat nanti, di negeri yang makin aneh ini, mungkin akan ada perusahaan serupa yang bakal menyediakan jasa Joki, yang iklannya juga banyak dipampang di banyak media massa. Misalnya: “ANDA MEMBUTUHKAN JOKI CPNS, JOKI SIPENMARU, JOKI NAPI DLL? KAMI SIAP MENYEDIAKAN JOKI BERSERTIFIKAT, BERPENGALAMAN DAN BERPENDIDIKAN. DIJAMIN ANDA PUAS” atau Ketik REG (Spasi) JOKI, Kirim ke 007.(fb:Anto Winarno)

Bahasa Uang

“Anda jangan menggunakan uang, sebelum uang itu menjadi milik Anda,”(Thomas Jefferson)

SEANTERO pelosok bumi mengenal istilah “bahasa uang”. Tapi saya tidak yakin, jika di dunia gaib mengenal istilah itu. Karena sampai kini tak pernah terdengar berita di media massa ada makhluk ghaib yang digelandang ke pengadilan karena didakwa korupsi atau menyelewengkan uang negara.
Soal bahasa uang ini, ada pengalaman menarik yang pantas untuk disimak. Pada suatu kesempatan, saya berkunjung ke negara tetangga Malaysia atas ajakan seorang teman baik. Kami naik bis antar negara. Di depan tempat duduk kami ada dua orang Encik Malaysia yang mengobrol dengan temannya, menggunakan dialek khas Melayunya. Kedua Encik itu bercerita pengalamannya selama di Indonesia. Saya pun hanya senyum-senyum, sementara teman saya memilih tidur mendengkur.
Karena bis yang kami tumpangi sudah jauh meninggalkan perbatasan Indonesia-Melaysia, kedua orang itu obrolannya makin lancang saja tentang Indonesia. Encik satunya bercerita betapa dirinya meninggalkan Indon hanya untuk sementara saja, karena sudah bosan terlalu lama menginap di hotel, jenuh menunggu aneka izin dan persetujuan untuk berinvestasi di Indonesia yang tak kunjung beres.
“Sejak bile awak menanti, Cik?” tanya temannya.
“Sudah empat bulan jejak hari ini, Cik?” jawabnya.
“Apa nak jadi, awaklah yang salah, Awak tak tahu keh, di Indonesia ini duit memperlancar segale-galenya. Are you know? You can buy everybody in Indon!” ucapnya.
Mendengar obrolan itu, emosi saya sebagai WNI agak terusik dan tersinggung. Ini adalah pelecehan. Ingin sekali saya bangkit berdiri gagah dan menghantam mulut kedua Encik itu.
Tapi niat saya jadi berubah. Rasa nasionalisme dan idealisme saya tiba-tiba rontok bertebaran di lantai bis. Seakan memaksa untuk mengakui atau mengingkari, apa yang diobrolkan kedua Encik itu. Serta merta saya langsung ingat sebuah nama yang paling popular di Indonesia saat ini, Gayus H Tambunan.(fb:Anto Winarno)

P A L S U

“Sangatlah besar perbedaan antara meniru orang baik dan memalsukan orang baik,” (Benjamin Franklin)

NGOMONG soal palsu, sebenarnya sejak kecil kita sudah terbiasa dijejali dengan banyak kepalsuan. Dari mainan masa kecil saja, kita sudah akrab dengan mobil palsu, motor palsu, kapal palsu, pesawat palsu, jam tangan palsu, pedang palsu, pisau palsu, alat-alat memasak palsu, hingga di meja tamu ada bunga palsu.
Memasuki usia dewasa, kita kembali bergumul dengan alis palsu, rambut palsu, bulu mata palsu, gigi palsu, perhiasan palsu, merk busana palsu, dan lain sebagainya. Kemudian kelakuan orang-orang tak bertanggung jawab yang gemar mengaku-ngaku sebagai dukun sakti, pejabat KPK, pejabat BPK, anggota Polri, anggota TNI, atau ajudan pejabat tinggi untuk nakut-nakuti orang lain, yang ternyata semua itu adalah palsu. Sampailah kepada orang miskin palsu, KTP palsu, orang kaya palsu dan bahasa-bahasa indah para pejabat dan politisi, yang semuanya itu adalah palsu.
Tapi belum seberapa, karena hebatnya lagi, malah ada orang yang ketahuan mengaku-ngaku dan nekad menjadi nabi palsu, malaikat palsu, bahkan ada yang gila menjadi Tuhan palsu. Hanya saja, sampai kini saya belum pernah tahu kalau ada orang yang mengaku dirinya setan, iblis, genderwo, kuntilanak, wewe gombel, hantu, atau jin.
Entah ada korelasinya atau tidak, namun kasus Joki Napi atau pertukaran narapidana di LP Bojonegoro yang terungkap pada awal Januari 2010, dinilai sebagai modus anyar, dan kuat dugaan adanya mafia hukum bermain api. Karni, 50 tahun, ketahuan sebagai napi palsu dengan imbalan Rp 10 juta menggantikan Kasiem, 55 tahun, napi sebenarnya yang diganjar kurungan 3 bulan 15 hari dalam kasus pupuk bersubsidi. Karni sempat mendekam di sel selama 4 hari sebelum kepalsuannya terbongkar oleh sipir.
Masalah palsu ini, ternyata juga merambah dunia industri dengan luasnya peredaran barang-barang palsu. China adalah salah satu biang kerok negara penghasil barang palsu terbesar di dunia. Menurut laporan dari Uni Eropa, dari 27 negara anggotanya yang melakukan penyitaan barang-barang palsu setiap tahunnya, sebesar 64 % adalah produk asal China.(fb:Anto Winarno)