17 Agustus 2011

L e n c h o

“Orang yang tidak punya alasan untuk percaya pada dirinya sendiri, dia percaya kepada nasib”.(Ed Howe)

ORANG bijak berkata kepercaaan itu mahal harganya. Jika seseorang, bahkan rakyat tidak percaya lagi dengan orang lain, bahkan kepada negaranya, maka siap-siap saja sebuah negara akan bubrah.
Saya akan bercerita tentang kisah klasik tentang seorang bernama Lencho. Sseorang petani sederhana yang frustasi karena tanaman jagung dan kacangnya habis digasak hama. Saking frustasinya, akhirnya ia mengirim surat kepada Tuhan karena ia menganggap hanya Tuhanlah yang bisa menolongnya dari ancaman kelaparan tahun ini. Karena pemerintah sudah dianggapnya tidak ada lagi dan tak bakal peduli terhadap keluhan orang kecil, apalagi dirinya bukan orang partai.
"Tuhan, kalau Kau tak menolongku, maka aku dan keluargaku akan kelaparan. Aku membutuhkan uang Rp 100 ribu agar bisa menanami ladangku kembali dan menyambung hidup sampai datangnya musim panen,” tulisnya.
Surat itu dia masukkan dalam sebuah amplop dan ditulisnya, “Kepada Yth Tuhan”. Surat itu dia bawa ke Kantor Pos. Tukang Pos yang membaca surat itu terbahak-bahak. Selama 30 tahun kariernya sebagai pegawai pos, belum pernah tahu ia dimana alamat Tuhan. Atasannya pun ikut tertawa, tapi segera serius kembali begitu menyadari penulisnya tentu seseorang yang tebal imannya kepada Tuhan. Karena aneh dan mencurigakan, surat itu selanjutnya diserahkan ke Polisi.
Kepala Polisi yang baik hati pun terbahak membacanya. Namun karena dia adalah Polisi yang baik hati, dia bermaksud membalas surat aneh tersebut. Dia menyisihkan sebagian gajinya, sisanya dia memerintahkan anak buahnya untuk sumbangan sukarela. Sehingga hanta bisa terkumpul uang Rp 80 ribu, tak sampai Rp 100 ribu. Seteloah itu, Kepala Polisi mengantar langsung surat itu ke rumah Lencho. “Saya membawa surat dari Tuhan yang ditujukan kepada Anda,” kata Polisi baik itu.
Setelah membuka amplop itu, Lencho kecewa berat. Ternyata isinya hanya Rp 80 ribu, padahal dia meminta Rp 100 ribu. Akhirnya dia pun membuat surat balasan kepada Tuhan."Tuhan, dari jumlah yang kuminta, hanya Rp 80 ribu yang sampai di tanganku. Kirimkanlah sisanya yang Rp 20 ribu, karena aku sangat membutuhkannya. Tapi jangan Kau titipkan lewat Polisi, karena aku takut isinya berkurang lagi,” tulisnya.

Dua Kurcaci

“Orang hidup bukan karena bicara, tetapi karena bekerja. Setiap orang, adalah arsitek bagi kehidupannya sendiri”.(Anatole France & Sallust)

SEBUAH buku berjudul Who Move My Cheese, bercerita tentang dua Kurcaci. Mereka hidup dalam sebuah labirin yang sarat dengan keju. Kurcaci yang satu selalu berpikiran suatu hari kelak keju di tempat mereka tinggal akan habis. Sehingga dia selalu menjaga stamina dan kesadarannya agar jika suatu saat nanti keju itu habis, dia dalam kondisi siap mencari keju di tempat lain. Sebaliknya, kurcaci yang kedua, begitu yakin sampai kiamat pun persediaan keju tidak akan pernah habis.
Suatu ketika, keju itu habis.
Kurcaci pertama mengajak sahabatnya untuk meninggalkan tempat itu guna mencari keju di tempat lain, tapi menolak.Dia yakin keju itu hanya dipindahkan oleh seseorang dan nanti suatu hari pasti akan dikembalikan. Karena itu tidak perlu mencari keju di tempat lain. Dia sudah merasa nyaman dan memutuskan menunggu terus di tempat itu sampai suatu hari keju yang hilang akan kembali. Akibatnya dia mati kelaparan.
Sedangkan kurcaci yang selalu siap tadi sudah menemukan labirin lain yang penuh keju. Bahkan jauh lebih banyak dibandingkan di tempat lama. Dia berhasil mengembangkan diri guna menghadapi perubahan dan tantangan yang lebih besar. Mereka yang tidak mau berubah, dan merasa sudah nyaman di suatu posisi, biasanya akan mati digilas waktu.

Perokok Berat

“Satu-satunya jalan untuk membuat Anda sehat adalah makan yang tidak Anda inginkan, minum yang tidak Anda sukai, dan berbuat yang tidak Anda senangi”.(Mark Twain)

ROKOK oleh kebanyakan orang disebut sebagai racun. Ironisnya, kebanyakan orang adalah perokok berat. Seperti di Arab Saudi, menurut penelitian Abdullah Al-Budah negara gurun pasir ini setiap tahunnya membutuhkan tidak kurang dari 40 ribu ton tembakau. Astaga!
Negara Islam itu membutuhkan tembakau sebesar itu karena sekitar 600.000 wanita Arab Saudi adalah perokok. Jika dihitung secara keseluruhan, maka jumlah total perokok di negara itu adalah 6 juta orang. Diperkirakan setiap tahunnya ada 23 ribu orang mati akibat merokok. Padahal, setiap tahun pula demi asap beracun ini orang Arab mengeluarkan 12 Milyar Riyal atau setara dengan Rp 28,8 Trilyun. Setara dengan 28 ribu masjid atau sekolahan jika per unitnya dibangun dengan biaya Rp 1 Milyar.
Tetapi uang sebesar itu bagi negara makmur ini tidaklah gede. Karena meskipun tanahnya hanya hamparan gurun pasir, tetapi negara ini mampu menghasilakn buah-buahan, korma, gandum dan barli yang bernilai tinggi. Selain itu, produksi minyak, gas, emas, perak dan besi mmbawa negara ini mampu mencapai income percapita sebesar $ 191 Bilyun pada tahun 2002 saja.
Wajar, jika negara pengekspor minyak mentah terbesar di dunia ini mampu membiayai proyek-proyek besar dan menjadikannya sebagai negara termakmud di dunia yang membuat rakyatnya manja. Sehingga untuk tenaga kerja pun harus didatangkan dari luar negeri, termasuk dari Indonesia.(***)

Kiamat

“Ramalan yang baik lebih menyenangkan, ketimbang ramalan yang kejam”.(Anonimous)

SETIAP orang berhak untuk meramal, dan setiap orang pula berhak percaya, ragu-ragu, bahkan tidak percaya sama sekali. Seperti banyaknya ramalan tentang tibanya hari kiamat.
Lupakan spekulasi kiamat terjadi pada 12 Desember 2012 sebagaimana akhir penanggalan Suku Maya, karena sebuah kelompok Independen di AS pimpinan Harold Camping, dengan penuh keyakinan menyebutkan kiamat terjadi pada 21 Mei 2011.
Sebelumnya William Miller pemimpin sebuah sekte di New Ingland meramal dunia berakhir pada 22 Oktober 1844. Joseph Smith, pendiri Sekte Mormon, pada Februari 1835 menggelar rapat untuk memberi kabar bahwa dia telah berbicara kepada Tuhan, dan menyatakan 56 tahun ke depan, atau tahun 1891 masa akhir jaman akan dimulai. Pat Robertson, seorang televangelis, pada Mei 1980 mengejutkan banyak orang dalam acara TV-nya “700 Club”, dia menyebut tahun 1982 adalah hari penghakiman dunia. Selanjutnya Heaven’s Gate, kelompok pemercaya UFO meyakini dunia segera berakhir ketika Komet Hale-Bop muncul tahun 1997. Akibatnya, 39 anggota kultus ini melakukan aksi bunuh diri massal pada 26 Maret 1997.
Karya tulis “Michel de Nostradame” karya Nostradamus menjadi perhatian banyak orang sejak lebih dari 400 silam. Salah satu baitnya menyebutkan, tahun 1999, bulan ketujuh/dari langit datang raja besar teror. Pengikut Nostradamus resah dan menduga sang peramal terkenal itu telah melihat kiamat.
Ronald Weinland juga mengatakan akhir zaman telah tiba. Bukunya di tahun 2006, 2008 berjudul “God's Final Witness” menyebutkan ratusan juta orang akan mati pada akhir 2006, paling lama 2 tahun tersisa sebelum dunia mengalami masa terburuk sepanjang sejarah manusia. Dikatakannya, musim gugur 2008 Amerika akan tumbang sebagai negara adikuasa dan tak merdeka lagi. Dalam buku itu juga mencatat, dirinya mempertaruhkan reputasinya sebagai nabi akhir zaman.

Adakah yang Ngurus Negeri Ini?

“Pemerintah adalah ibarat bejana, dari atas hingga ke bawah banyak kebocorannya”.(James Reston)

INDONESIA dikenal sebagai negara agraris, karena areal pertaniannya yang sangat luas. Indonesia juga dikenal sebagai negara kelautan, karena memiliki laut yang sangat luas dengan berbagai kekayaan yang dimilikinya. Indonesia juga disebut sebagai negara OPEC, karena salah satu negara yang memproduksi minyak fosil. Indonesia juga dikenal sebagai salah satu negara penghasil CPO (Crude Palm Oil) terbesar di dunia. Indonesia juga dicap sebagai negara yang ramah-tamah dan berprilaku luhur. Indonesia juga dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan melimpah ruah, sehingga digambarkan dalam lagunya Koes Plus, “Kolam Susu”. Tentunya masih banyak lagi rentetan julukan indah yang ditujukan untuk bangsa kita tercinta ini. Tapi apa yang terjadi?
Indonesia termasuk berada pada kelompok negara termiskin di dunia. Pelayanan pendidikan dan kesehatan sangat mahal sehingga nyaris tak terjangkau oleh rakyatnya. Banyak sekolahan bermutu, tetapi hanya bisa dinikmati oleh orang-orang berkantong tebal. Rakyat kecil kebanyakan, hanya bisa gigit jari tak bisa mengenyam pendidikan. Banyak universitas berkelas, tetapi untuk masuk kuliah harus merogoh uang hingga ratusan juta rupiah. Begitu juga dengan kesehatan, banyak rakyat yang lebih mengandalkan dukun kampung untuk mengobati penyakitnya ketimbang pergi ke dokter yang memasang tariff mencekik leher. Di bidang agraris, ternyata kita menjadi negara pengimpor hasil pertanian ketimbang sebagai pengekspor. Katanya kita negara penghasil CPO terbesar, tetapi harga minyak goreng mahal. Katanya kita negara penghasil minyak bumi, tapi harga BBM juga mahal dan sering langka.
Apa yang murah di negara ini? Nyaris tidak ada. Jika demikian, adakah yang ngurus negara ini? Apa yang diberikan negara ini untuk rakyatnya? Banyak yang menganjurkan kepada saya supaya bertanya kepada rumput yang bergoyang.

Haram

“Anak bangsa ini membutuhkan kekuatan untuk bersandar, memerlukan dada untuk tempat menangis dan memerlukan contoh untuk tempat belajar”.(Anonim)

YANG disebut dengan barang haram, adalah sesuatu yang didapatkan secara illegal dan dilarang oleh aturan maupun norma agama. Barang siapa memiliki, menyimpan dan memakan atau mengkonsumsi barang haram tersebut, maka hukumnya adalah dosa dengan ganjaran yang sudah menunggu disebut Neraka.
Salah satu barang haram yang saat ini tengah membikin puyeng adalah narkotika dan barang-barang psikotropika berbahaya. Sudah tahu dampaknya secara kesehatan buruk dan dilarang hukum, tetap saja banyak orang tolol mengkonsumi dan mengedarkannya secara gelap. Padahal kalau sudah jadi pecandu berat, badan jadi kurus kerempeng, mata kuyu, pikiran jadi bego, badan sempoyongan, ngomongnya ngeracau, hidung meler dan jika tak dihentikan, hanya tinggal menunggu kedatangan malaikat maut pencabut nyawa. Anehnya, walaupun banyak orang yang dikerangkeng polisi karena bergaul dengan barang haram ini, ada saja yang yak kapok dan kembali ke lembah memabukkan itu.
Catatan Badan Narkotika Nasional (BNN) yang telah melakukan penelitian bersama Universitas Indonesia tahun baru-baru ini, setiap tahun ada 15 ribu jiwa mati konyol di tangan cengkraman maut narkotika dan psikotropika. Dari 82 juta pemuda di Indonesia, sebanyak 2 juta diantaranya alami ketergantungan. Ironisnya, sekitar 30 % korbannya adalah anak-anak pelajar dan mahasiswa yang notabene adalah kaum terpelajar dan terdidik. Apa jadinya jika anak bangsa ini bermental bobrok karena barang haram itu. Bagaimana nasib regenerasi kepemimpinan dan pembangunan bangsa jika anak bangsanya bloon? Apakah kita telah salah asuh? Jangan keburu pesimistis.

Penjahat

"Orang baik selalu merasa kecewa berada di lingkungan yang tidak baik. Oleh sebab itu dia perlu menjadi tidak baik berdasarkan pengetahuan yang diperolehnya itu. Kadang kala, sesuatu yang tidak baik itu belum tentu buruk hasilnya, tetapi sesuatu yang buruk itu pasti tidak baik”. (Machiafelli)

Dalam sebuah karya klasik penulis besar bernama Bernard de Mandeville (1714), “The Fable of The Bees”, melontarkan pemikiran kontroversial dan mengerikan yang boleh dikatakan sangat menghina orang-orang baik. Bagi yang pernah membaca buku hebat itu, kelak akan dijadikan sebagai acuan teoritis ekonomi dan politik.
Mandeville menyebutkan, bahwa manusia memiliki sifat dasar serakah bin tamak dan egois alias ingin menang sendiri. Pemikirannya itu selaras dengan filsuf kenamaan Thomas Hobbes (1651). Sifat dasar manusia yang digambarkan Manville dikatakan oleh Hobbes sebagai keadalaan alamiah (state of nature). Cirinya ditandai dengan adanya peperangan dan saling membunuh (bellum ominum contra omnes) seperti yang terjadi di beberapa belahan dunia sekarang ini. Kemudian, manusia yang katanya adalah makhluk paling berakal, digambarkan oleh Hobbes dan Manville sebagai makhluk yang tidak berakal budi, semata-mata mengandalkan naluri alamiah dan instingnya demi mengancam dan merugikan kepentingan pihak lain. Benarkah??Entahlah, saya sendiri tidak paham dan takut untuk berkomentar lebih banyak lagi.

Nama Baik

“Apa yang dikatakan orang mengenai diri Anda di belakang Anda, adalah perihal nama baik dan reputasi Anda di dalam pergaulan”. (Ad Howe)

JOSEPH Hall dan Oscar Wilde mengatakan, bahwa nama baik yang rusak dapat saja diperbaiki, tetapi dunia akan selalu melihat titik di mana nama baik itu pernah rusak. Karena di dunia ini tidak ada orang yang cukup kaya untuk mampu membeli nama baik.
Baiklah, saya ingin bercerita tentang sebuah kisah nyata di negeri yang aneh dan konon amat lucu ini, yang ada kaitannya dengan nama baik. Bagi saya, cerita ini amat menggelikan. Bambang Harimurti dari Dewan Pers bercerita tentang seorang kepala daerah yang tersandung sebuah kasus korupsi hingga kemudian menjadi pemberitaan gencar di media massa.
Dalam proses persidangan yang panjang dan terus dipantau media massa, akhirnya kepala daerah itu oleh pengadilan dinyatakan bersalah dan dipidana dengan hukuman penjara selama 8 tahun, serta denda. Ganjaran yang diberikan kepadanya sudah incrah alias berkekuatan hukum tetap. Mau tak mau, kepala daerah itu pun harus meringkuk di balik bui guna mempertanggungjawabkan perbuatannya. Hari-harinya diisi dengan kekosongan. Menjelang tidur, matanya nanar, kepalanya berbantalkan lengan sambil menghitung atap, rutin dilakukannya hampir setiap malam. Makanan penjara dirasanya pahit. Lantai bui terasa dingin menyengat sumsum.
Entah bagaimana ceritanya, pada suatu hari, kepala daerah korup itu kemudian membuat laporan ke Polisi. Dia melaporkan salah satu media massa yang selama ini gencar memberitakannya, sehingga dia merasa nama baiknya tercemar dengan tuduhan pencemaran nama baik.
Bisa ditebak, banyak orang yang tercengang dan bertanya-tanya. Mengingat nama baiknya sudah hancur lebur akibat korupsi yang dilakukannya. Tapi, ternyata dia ngotot merasa masih memiliki nama baik. Nama baik yang mana lagi, ya.

Jaring Laba-Laba

“Betapapun tajamnya pedang keadilan, ia tak akan memenggal kepala orang yang tidak bersalah”.(Pepatah China)

SEORANG filsuf Yunani bernama Anacharsis, lebih 600 tahun lalu pernah berkata, bahwa hukum itu diibaratkan seperti jarring laba-laba. Terlalu kuat bagi yang lemah, dan terlalu rapuh bagi yang kuat.
Kalimat sarkatis ini dimungkinkan tercipta sebagai kritik atas kondisi hukum yang terjadi saat itu. Ketika penguasa atau si kuat dengan mudahnya berkelit dari jeratan hukum. Sedangkan yang tidak berkuasa atau si lemah, begitu mudah tersangkut perkara hukum, walaupun mungkin sebenarnya dia tidak bersalah.
Keresahan Anacharsis itu sepertinya cukup relevan untuk menggambarkan sejumlah kasus hukum yang terjadi di negeri ini, yang dinilai melukai rasa keadilan. Tetapi entahlah, saya tidak tahu. Namun kalimat sarkatis lain yang menggambarkan tentang kondisi hukum di negeri ini kembali terucap. Hukum digambarkan seperti pisau, yang hanya tajam ke bawah (rakyat kecil), namun tumpul ke atas (para penguasa).
Benar tidaknya kedua kalimat sarkatis itu, tentunya saya bukan ahlinya untuk membuktikannya. Saya hanya rakyat kecil tak berdaya yang hanya bisa berharap, agar hukum dapat ditegakkan bukan ditentukan oleh latar belakang apakah berasal dari kelompok kuat atau lemah. Hukum tidak memandang latar belakang politik. Hukum tidak memandang kekuatan fulus atau duit seseorang. Hukum tidak melihat apakah terdakwa dekat dengan pusat kekuassaan, atau hanya orang pinggiran. Karenanya, aparat penegak hukum tidak boleh ikut bermain dalam ritme permainan politik.
Saya mencontohkan sebuah kasus skandal penyuapan yang melibatkan para elit dan penguasa negeri. Apa yang akan Anda katakan, jika aparat penegak hukum menangkap para penerima suap, namun penyuapnya sendiri tidak tersentuh.

Di Lampu Merah

“Kita tidak bisa merasakan sesuatu, jika kita memang tidak merasakannya. Tapi kita dapat melakukan sesuatu untuk diri sendiri, meskipun hanya menuruti perasaan”.(Pearl S. Buck)

TIDAK selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati. Seorang teman bercerita kepada saya tentang sebuah peristiwa luar biasa di sebuah lampu merah. Begini ceritanya…
Di seberang jalan seorang Polisi meniup pluit panjang dan melambaikan tangan meminta seseorang bernama Jono untuk berhenti. Jono menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat polisi itu, yang ternyata adalah Bimo, teman SMA-nya dulu. Jono merasa lega. Saat disapa, Bimo hanya menjawab sepatah dua patah kata dan tetap saja mengeluarkan surat tilang (bukti pelanggaran) sambil meminta SIM Jono. Berbagai alasan Jono hingga melakukan pelanggaran itu, tak digubris Bimo. Dengan ketus Jono menyerahkan SIM-nya. Bimo menulis sesuatu di buku tilangnya, dan tanpa bicara menyelipkan surat tilang itu di celah kaca mobil Jono. Jono memandangi wajah Bimo dengan penuh kecewa. Jono mengambil surat tilang itu. Tapi dia terperanjat, karena ternyata SIM-nya tidak ditahan dan dikembalikan Bimo bersama sebuah nota kecil. Bimo ternyata tidak menilangnya. Buru-buru Jono membaca tulisan dalam nota itu. Bunyinya;
"Jon, tahukah kamu? Aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah. Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas, ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak semata wayang kami sudah tiada. Kini kami hanya bisa terus berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan kembali mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk. Sudah ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Tapi sangat sulit. Jon, doakan kami agar permohonan kami terkabul ya. Berhati-hatilah di jalan. Salam, Bimo”.
Setelah membaca tulisan itu, Jono terhenyak. Ia bergegas ingin menemui Bimo, tapi dia sudah tak ada di pos jaga entah ke mana. Dalam hati, dia hany abisa berharap Bimo memaafkannya. Sejak saat itu, Jono tak pernah ngebut dan menerobos lampu merah.(***)

Cinderella

“Sakit dalam perjuangan hanya berlangsung sementara. Bisa sehari, sejam, semenit, seminggu atau satu tahun. Namun jika kita menyerah, maka rasa sakit itu terasa selamanya” (Lance Amstrong, pembalap legendaries USA)

DI DUNIA ini dongeng tentang Cinderella terdapat sekitar 500 versi, mulai dari cerita mulut ke mulut hingga yang dibukukan. Intinya sama, yakni kisah seorang gadis miskin yang cantik jelita dan beruntung dinikahi sang pangeran atau raja.
Abad pertama Sebelum Masehi (SM), muncul dongeng tentang Rhodopis, seorang gadis blesteran Yunani-Mesir, seorang budak dan miliki ibu tiri, yang dinikahi salah satu raja Firaun bernama Amasis dari Mesir. Bermula ketika Rhodopis mencuci di sungai dan seekor burung elang mencuri sepatunya dan menjatuhkannya di kaki sang Firaun Amasis yang saat itu sedang berada di Memphis. Kelanjutannya bisa ditebak sendiri, sang raja menganggap hal itu adalah kode alam dan memerintahkan bawahannya untuk mencari pemilik sepatu itu. Menikahlah keduanya. Konon, cerita Rhodopis adalah dongeng suku Thracian, suku kuno yang hidup di wilayah Rumania dan Bulgaria sekarang. Suku ini ada pada abad ke-6 SM. Kemungkinan besar, suku inilah diduga yang pertama kali mengarang cerita Cinderella.
Daratan Tiongkok, juga memiliki cerita Ye Xian karya Cheng Shih pada tahun 850 yang diceritakan sebagai gadis yatim bernasib malang yang bersahabat dengan seekor ikan. Pada suatu hari ikan itu mati karena nyawanya direnggut oleh ibu tirinya yang kejam. Karena sayangnya pada ikan itu, maka tulang belulangnya pun dia simpan. Ternyata tulang ikan itu bertuah. Tak tahu tuahnya seperti apa, namun diceritakan, saat dia menghadiri festival tahunan musim semi yang sering jadi ajang perjodohan, dia pulang terburu-buru karena takut terlambat dan didamprat oleh ibu tirinya. Saking terburu-burunya, sepatunya tertinggal dan ditemukan oleh pangeran. Dalam kisah ini Ye Xian digambarkan memiliki kaki kecil. Kisah selanjutnya, juga bisa diterka.
Di era modern sekarang ini, kisah Cinderella berakar dari cerita yang ditulis oleh Charles Perrault, pengarang Perancis tahun 1697. Dikisahkan, gadis ini mulanya bernama Cinderillon. Tetapi ketika ceritanya banyak dialihbahasakan ke bahasa-basa Eropa lainnya, namanya berubah menajdi Cinderella. Banyak orang berpendapat, bahwa Cinderella adalan nama julukan. Sehingga muncul gossip nakal bahwa nama aslinya dalah Ella. Karena sering membersihkan jelaga perapian yang dalam bahasa Inggrisnya adalah Cinder, maka digabung menjadi Cinderella.
Ada juga yang mengartikan nama itu adalah makna kesuksesan setelah melewati kesukaran, kesedihan dan kesakitan.(***)