10 Maret 2011

Rp 20.000 per Jam

“Anak-anak selamanya menerangi rumah tangga dan cahayanya tidak akan pernah sirna”.(Anonim)

ADA kisah menarik diceritakan Dr Anita di NET-P yang berjudul “Temukan Alasan Anda”, tentang dialog seorang ayah dan anaknya pada suatu malam di sebuah kota industri yang sedang berkembang. Sang ayah yang kelihatan lelah baru pulang kerja. Sesampainya di rumah dia disambut oleh anaknya yang berumur 6 tahun dan langsung mencium tangannya. Terjadilah percakapan singkat.
”Kenapa kamu belum tidur, sekarang kan sudah larut malam? Memangnya ada persoalan apa? Ayo sampaikan kepada ayah” pinta ayahnya.
”Masih menunggu ayah, karena aku butuh sesuatu,” kata si anak seakan memohon.
“Berapa ayah dibayar untuk satu jam bekerja?” lanjutnya bernada ragu.
“Itu bukan urusan kamu….!!” jawab ayahnya bernada tinggi.
Karena tidak ingin percakapan jadi panjang, ayahnya menjawab kalau dia dibayar Rp 20 ribu per jam.
Anaknya hanya bisa terdiam dan bersedih ketika bapaknya memintanya agar segera tidur dengan nada bentakan. Tapi dia sempat meminta uang sebesar Rp 10.000.
”Untuk apa, kalau emang hanya pengen minta uang, mengapa pakai nanya-nanya soal berapa gaji bapak,” katanya sambil memberikan uang Rp 10.000. Sambil berlari memasuki kamarnya, si anak ucapkan terima kasih.
Setelah mulai reda emosinya, ayahnya tersadar mungkin sikapnya tadi terlalu keras kepada anaknya. Maka dia pun menyusul ke kamarnya dan bertanya untuk apa uang Rp 10 ribu yang dipintanya tadi? Anaknya tidak menjawab, dia hanya mengeluarkan sejumlah uang recehan dari bahwa kasurnya. Melihat hal ini, si bapak jadi tambah marah.
“Kamu kan ada uang, kenapa tadi masih minta uang lagi…mau jajan terus ya…?” tanya ayahnya.
“Tadi saya ada uang Rp 10 ribu, tapi masih kurang Rp 10 ribu lagi supaya genap Rp 20 ribu untuk membayar satu jam agar bapak pulang lebih awal. Karena aku kangen makan bareng sama bapak dan ibu, aku kangen dengan senyum bapak, aku kangen bermain dengan bapak, maukah pak?” ujar si anak ketakutan sambil menyerahkan uang Rp 20.000 itu.(refleksianto.blogspot.com)

Negeri Bagong...!

BBM Kosong
Bak Mandi Melompong
Isi Gentong Tak Pernah Njagong
Rakyat Kecil Hanya Bisa Melolong.

Beli BBM di Kios Eceran Bikin Dompet Bolong
Beli Air Mineral Untuk Mandi Bikin Kantong Monyong.
Rakyat Kecil Pun Bengong
Meratapi Pemerintahnya yang Seperti Macan Ompong
Sambil mendendangkan Lagu Berjudul "Minta Tolong...!".


(Kalbar, 9 Maret 2011)