03 Agustus 2012

Negeriku Sayang, Negeriku Malang

"Semua yang terjadi di dalam sejarah dunia bermuara pada satu gagasan spiritual. Jika gagasan spiritual kuat, ia menciptakan sejarah dunia yang agung. Namun jika gagasan spiritual itu lemah, sejarah dunia akan menderita". (Albert Schweitzer) BAYOLAN dan kekonyolan sudah terjadi di lembaga-lembaga negara. Uang negara terhambur bak abu beterbangan. Rupiah dikedip seketika menjadi gedung singgasana. Manusia berdasi pun tega memakan roti anak buahnya sendiri. Memang inilah lelucon negeriku. Menyelami realita tak urung berhenti, asa demi perubahan selalu membara. Kemustahilan berubah jadi fakta.Dinding kekuatan sistem menghadang sang pengubah. Tak berdaya dalam tutur dan laku, terhimpit emosi dalam ironi, dalam sandiwara dan kemunafikan negeri. Siapapun di dunia ini ("manusia" biasa) sejujurnya ingin "Ber-uang", yaitu memiliki cukup uang atau syukur bila berkelimpahan. Walaupun ada yang berkilah "lebih baik miskin harta asalkan kaya rohani." Tapi tentu masih lebih baik jika "kaya rohani, karya harta pula". Ada yang mengatakan, uang dan bahkan harta kekayaan sebagai akar kejahatan." Jargon itu benar sekali terkhusus bagi mereka yang mendewakan uang atau mengangkat uang sebagai master atau majikan-nya. Namun sebaliknya "kekurangan uang dan kemiskinan juga bisa menjadi akar kejahatan". Kedua-duanya sama saja, tergantung kepada subjek dan pelakunya. (**)

Tidak ada komentar: