02 Mei 2013

Hebat Karena Buku

“Buku dikatakan baik, jika dibuka dengan pengharapan danb ditutup dengan faedah”. (Amos Bronson Alcott) MASIH ingat dengan mendiang Adam Malik, Wapres 1978-1983? Pendidikannya hanya sampai SD, namun karena hobby membacanya yang hebat, sehingga wawasan dan pemikirannya tak kalah dengan orang yang berpendidikan tinggi. Semasa hidupnya, dia tak pernah jauh dari buku. Di akhir hidupnya, dia mewariskan sekitar 6.000 buku di gudang. Kemudian Ir Soekarno, dia pernah berkata bahwa seluruh waktu dia pergunakan untuk membaca buku. Buku karya Rosihan Anwar berjudul Musim Berganti, mengungkap, Bung Karno saat dibuang ke Bengkulu ditanya oleh seorang mahasiswa Belanda, mengapa dia membaca semua buku dengan giat dan sangat serius. Dia menjawab, “Orang muda, saya harus banyak belajar giat sekali karena Insya Allah saya akan menjadi Presiden di negeri ini”. Tujuh tahun kemudian, dia memang menjadi Presiden RI pertama. Sejak masih kos di rumah HOS Tjokroaminoto kala menuntut ilmu di Hogere Burger School, Bung Karno memang telah menempatkan buku sebagai teman hidupnya. Dengan membaca dia seperti bedialog dengan Gladstone dari Britania, Sidney dan Beatrie Webb pendiri gerakan buruh Inggris, dengan Mazzini, Cavour, Garibaldi dari Italia, Karl Mark, Friedich Engels, Lenin dari Rusia, Jean Jacques Rousseau, Aristide Briand hingga Jean Jaures ahli pidato terbesar dalam sejarah Perancis, dan lain-lain. Selanjutnya Muhammad Hatta, dia sangat getol membaca buku-buku ilmiah yang tebal-tebal dalam kesehariannya. Saat dia dibuang ke Boven Digul, dia membawa 16 peti berisi buku koleksinya. Buku-buku ekonomi saat dia belajar di Belanda itu dibawanya juga saat dipindahkan ke Bandanaiera. Tokoh lain adalah Sjahrir, juga dikenal sebagai kutu buku. Dia rela menyisihkan uang jajan untuk beli buku. Gus Dur atau Abdurrahman Wahid, mantan Presiden RI pasca reformasi. Waktu masih kecil, dia pernah ditegur ibundanya soal hobbynya membaca. Terungkap dalam buku, Beyond the Symbols: Jejak Antropologis Pemikiran dan Gerakan Gus Dur: “Jangan terlalu banyak membaca, nanti matamu rusak,” kata ibunya saat dia berusia 10 tahun. Gus Dur pernah juga bilang, dia tidak punya pacar, karena teman mainnya hanya buku dan bola. So, bagaimana dengan kita? Apakah kita juga mengakrabi buku? Atau justru malah memelototi Sinetron Siluman Naga di Indosiar? Entahlah. Yang jelas, jendela dunia terbuka lebar via Buku. (**)

Tidak ada komentar: