06 Desember 2013

Pemimpin Penjahat

“Agar dapat membangun kjekuasaan yang kokoh, seorang raja harus tega membunuh”. (Nicolo Machiaveli) SEJARAH dunia mencatat, kekuasaan bukanlah wilayah orang-orang suci yang bertagwa, bermoral, jujur dan bijaksana. Karena faktanya dalam sejarah, para pemimpin besar dunia, 9,99 % diantaranya adalah berjiwa penjajah. Penjajah bukanlah orang suci. Kita sepakat, penjajah itu kejam, jahat dan pembunuh. Anda pasti pernah dengar nama Jengis Khan pemimpin Mongol yang berasal dari suku pengembara kecil yang akhirnya mampu menguasai lebih dari separuh dunia dengan jiwa penjajahnya. Iskandar Zulkarnain atau Alexander The Great, dlam sejarah mencatat, untuk menjadi pemimpin Imperium Macedonia yang besar, disegani dan paling ditakuti, dia harus membunuh ayahnya sendiri dan memperluas daerah kekuasaannya dengan cara menjajah pula. Si Bengis Hitler, terkenal dengan kekejamannya membasmi Bangsa Yahudi. Hitler lebih pantas disebut sebagai penjahat. Kemudian sejarah juga mencatat nama Musolini, si criminal dunia, juga karena jiwa penjajahnya. Meskipun dia adalah tonggak sejarah keagungan Imperium Romawi yang terus harum hingga saat ini. Nah, yang terakhir adalah Bush, (Presiden AS ke-43) yang boleh jadi dianggap penjahat bagi negara-negara timur tengah seperti Kuwait, Irak, Iran, Libya, dan negara lainnya yang tak sejalan dengan kepentingan negaranya. Jika ada negara yang tidak sepaham dengannya, sudah pasti bakal dia usilin terus. Artinya, sejak dahulu kala negara-negara hebat dan maju di Eropa atau Jepang di Asia mampu menjadi negara kuat, karena jiwa penjajah para pemimpinnya. Kerajaan-kerajaan besar Nusantara yang terkenal hebat dan kuat pun, karena jiwa penjajah para raja-rajanya. Dan penjajah bukanlah orang suci. Penjajah adalah penjahat. Sekarang, sejumlah nama tokoh bangsa kita sudah mulai bermunculan di bursa pencalonan pada Pemilu Presiden RI mendatang. Siapakah diantara mereka yang paling cocok? Entahlah. (*)

Tidak ada komentar: