06 Desember 2013

DIPERBUDAK SMART PHONE

"Anak-anak memerlukan kekuatan untuk bersandar, memerlukan dada untuk tempat menangis, dan memerlukan contoh untuk tempat belajar".(Penulis) TELEPON pintar atau smart phone, kini telah menjadi bagian hidup dan terlalu banyak menyita waktu pemiliknya dalam setiap harinya. Saya akan bercerita tentang kisah nyata di sebuah kafe. Bermula ketika sepasang suami istri membawa dua orang anak untuk makan malam. Sang ibu memesan makanan untuk anaknya. Ketika pesanan makanan datang, kedua anaknya diminta untuk segera makan. Sementara ayah dan ibunya asyik dengan smart phone di tangannya. Mereka tidak saling bicara, karena asyik dengan smart phone-nya masing-masing. "Papa, Mama, ayo kita makan..!" ajak anaknya yg kecil. Tak sedikit pun ayah dan ibunya menoleh. "Makan sajalah, itu makanannya sudah ada," sahut mamanya cuek. Anaknya yang tua, yang juga masih anak-anak, kemudian menyuapi adiknya. Keduanya makan berdua tanpa bicara. Kedua anak itu sesekali memandang pengunjung lain. Di meja depan mereka, ada sebuah keluarga yang makan bersama dengan wajah ceria, dimana ayah dan ibunya dengan telaten mendengarkan celoteh dan canda mereka. Kedua anak itu iri, mereka sedih, dan kecewa yang terpancar jelas dari wajah keduanya. Saat itu pula saya tersentak. Apa yang saya lihat semoga tidak pernah terjadi pada Anda dan kita semua. Janganlah kita diperbudak oleh benda modern yang telah berhasil mengajak untuk melupakan dan menghilangkan cinta, dan kasih sayang dalam keluarga. (*)

Tidak ada komentar: