19 September 2013

Vicky Prasetyo

"Pendapat yang masyhur adalah kebohongan yang paling besar di dunia". (Thomas Carlyle) NAMA Vicky Prasetyo tiba-tiba melejit, melampaui ketenaran para artis dan selebritis yang hoby pamer paha dan dada di televisi. Bukan hanya kehebatannya menaklukkan hati sejumlah wanita cantik dan seksi yang menjadi sorotan, tetapi juga dalam gaya bicara dan bahasanya juga menjadi pembahasan hangat. Pakar bahasa, termasuk pakar Bahasa Inggris pun turut berkomentar sambil mentertawakan Vicky Prasetyo yang berhasil mempopulerkan istilah-istilah baru, yang menurut sebagian orang sulit dimaknai. Tapi anehnya, ada juga orang-orang seperti saya yang sebenarnya tidak bisa Berbahasa Inggris sama sekali, atau kemampuan Bahasa Inggris-nya dibawah Vicky Prasetyo ikut mentertawakannya. Padahal, kalaupun Vicky Prasetyo menipu, dan bahasa-bahasanya juga hanya "tipuan" belaka, toh yang menjadi korban pun hanya beberapa gelintir orang. Coba bandingkan dengan para pejabat dan elit politik yang suka mengutip bahasa-bahasa dan kata-kata serapan dari bahasa asing untuk menipu rakyat Indonesia. Menggunakan pendapat-pendapat dan istilah masyhur untuk menggarong duit rakyat. Tapi sorotan media di layar televisi terkesan adem ayem, tidak seperti kepada Vicky Prasetyo yang terus dikupas, diekspose, dan diblow-up setiap saat, setiap waktu. Kemudian, peristiwa kecelakaan Abdul Qadir Jailani, putra musisi Ahmad Dani dan Maia Estianti, juga menghiasai layar kaca setiap saat, setiap waktu. Coba bandingkan dengan kasus kecelakaan yang dialami oleh anak seorang menteri yang juga menyebabkan orang lain kehilangan nyawa, toh perhatian media sekedarnya saja. Tapi, ya sudahlah. Apapun itu, inilah Indonesia-ku. Sebuah negeri makmur bagi orang-orang berduit untuk bebas berbuat apa saja di negeri ini. (*)

Tidak ada komentar: