15 Juli 2010

10.000

“Reputasi yang rusak dapat saja diperbaiki, namun dunia akan selalu melihat titik dimana reputasi itu pernah rusak”.(Joseph Hall)

DI SEBUAH kawasan yang memang diperuntukkan bagi daerah peternakan, seorang pengusaha mencapai kesuksesan dalam beternak sapi. Pada suatu hari datanglah seorang petugas pemerintah yang ingin mengetahui rahasia kesuksesannya itu. Terjadilah dialog di antara keduanya.
“Bagaimana sapi-sapimu diberi makan sehingga menjadi gemuk dan sehat-sehat seperti ini?” tanya petugas.
“Selain saya beri rumput khusus, juga diberi suplemen dalam dosis besar untuk merangsang pertumbuhannya,” jawab peternak serius.
“Wah itu tidak boleh. Menurut buku pedoman beternak yang diterbitkan dinas kami, pola pemberian makanan seperti itu menyalahi aturan dan bisa mempengaruhi pertumbuhan ternak,” tukas petugas.
Si peternak sapi merasa jangkel atas jawaban petugas yang sok tahu itu. Kepada petugas berpakaian dinas tersebut, dia berkata akan memperbaiki pola makan ternaknya, sambil merogoh kocek dan menyerahkan uang Rp 10.000. Si petugas pun langsung pamit pergi meninggalkannya dengan uang sepuluh ribu rupiah di tangannya.
Selang sebulan kemudian, petugas pemerintah yang sama datang lagi untuk mempermasalahkan hal yang sama pula. Peternak menjelaskan, bahwa sekarang sapi-sapi miliknya sudah diberinya makan yang enak-enak. Namun, petugas pemerintah itu malah marah.
“Kamu ini bagaimana, dimana-mana rakyat hidup susah, tapi sapi kamu malah diberi makanan yang enak-enak,” katanya.
Namun, setelah diberi uang sepuluh ribu rupiah, petugas pemerintah itu pun berlalu. Tapi, sebulan kemudian, dia datang lagi. Dengan lagaknya dia berkata harus mengecek secara teliti tentang makanan sapi-sapi itu untuk bahan laporan kepadaatasannya
“Saya pusing, Pak. Dikasih makan itu salah, dikasih makan ini juga salah. Akhirnya setiap sapi saya beri uang sepuluh ribu rupiah agar mereka membeli sendiri makanan kesukaannya masing-masing. Kalau bapak ingin tahu, cek sendiri apa yang mereka makan di luaran sana,” ujar si peternak bernada jengkel.
Mendengar kata-kata peternak itu, si petugas memilih ngeloyor pergi dengan raut muka tak nyaman. Tentunya, kali ini dia pergi tanpa uang Rp 10.000 seperti yang sudah-sudah.(***)

Tidak ada komentar: