20 Juni 2008

Rojali dan Sumitro

SELAIN si Rojali (Rokok Jarang Beli) ada juga nama yang setara, yakni Sumitro (Suka Minta Rokok). Keberadaan mereka banyak dijumpai di sekitar kita, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi kalau identitas mereka adalah Rojali dan Sumitro.
Untuk mendapatkan sebatang rokok demi mulutnya bisa ngebul, tidak hanya dengan membeli. Bagi yang dompetnya kososng bisa meminta seperti kelakuan Sumitro yang bermodalkan pandai ngobrol dengan orang-orang yang punya rokok. Sedangkan yang isi dompetnya sangat cekak dan kempis, dia juga gemar minta rokok, walaupun kadang kala dia juga beli walaupun jarang, seperti tabiat yang diperlihatkan oleh si Rojali. Padahal, rokok menurut Islam hukumnya makruh karena dinilai membawa ketidakbaikan bagi kesehatan tubuh. Wajar jika kampanye anti rokok dan anti asap tembakau terus mengumandang secara internasional.

Indonesia menduduki peringkat 5 jumlah perokok terbesar di dunia. Kaum remajanya malah divonis jumlahnya tertinggi di dunia. Tercatat sebanyak 13,2 % kaum pelajar di Indonesia adalah perokok aktif. Di negara-negara lain, paling tinggi hanya 11 %. Catatan WITT (Wanita Indonesia Tanpa Tembakau) tahun 2007, jumlah meninggal dunia akibat rokok juga cukup signifikan. Dari total 1,2 juta orang di Asia Tenggara yang menggunakan bahan baku tembakau, sebesar 25 %-nya berada di Indonesia, diantaranya meregang nyawa. Mengapa si Rojali dan Sumitro sulit menghilangkan kebiasaannya merokok? Entahlah, walaupun ada yang menjawab, “Kasihan petani tembakau jika semua orang berhenti merokok,” katanya. Padahal ada sekitar 43 jenis penyakit yang bisa ditimbulkannya hingga kematian. Karena, dari sebatang rokok, mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, terutama tar, nikotin dan kabron monoksida. No Smoking!(***)

Tidak ada komentar: