21 Mei 2009

Urusan Sek Tak Ada Matinya

TIDAK akan pernah ada yang memungkiri, urusan seks tak akan pernah ada matinya dan selalu saja menarik untuk dibahas. Masalah ini sudah menjadi perhatian khusus sejak zaman dahulu kala hingga sekarang.
Pembahasan masalah seksualitas sudah ada dalam tulisan-tulisan kuno diantaranya yang terkenal adalah Ars Amatoria (The Art of Love) karya peyair Romawi, Publius Ovidius naso (43 SM-17 M). Kemudian ada Kama Sutra karya Vatsyayana dari India yang diperkirakan hidup di zaman Gupta (1-6 M). Keduanya bukan melihat seks sebagai subjek penelitian medis dan ilmiah, namun sebagai sek manual.
Sementara itu di Jawa dikenal dengan Serat Centhini karya sastra Jawa yang dirilis pada abad 19. “Kitab” versi local ini dipercaya lebih lengkap dan menantang. Nama resmi Serat Centhini ini adalah Suluk Tembanggragas yang digubah pada tahun 1815 oleh tiga orang pujangga Kraton Surakarta yakni Yasadipura II, Ranggasutrasna dan R. Ng. Sastradipura (Haji ahmad Ilhar) setelah mendapat perintah dari KGPAA Amengkunegara II atau Sinuhun Paku Buwana V.
Serat Centhini berisikan 722 tembang jawa yang antara lain ngomongin soal sek dan seksualitas. Seks menjadi tema sentral yang diungkap secara verbal dan terbuka alias blak-blakan. Isinya diantaranya tentang pengertian, sifat, kedudukan dan fungsinya, etika dan tata cara bermain sek, gaya persetubuhan dan sebagainya. Bahkan seks dikaitkan dengan kenikmatan hidup atau pelampiasan hedonisme, yakni doktrin filsafat yang menyatakan kenikmatan adalah kebaikan tertinggi dalam kehidupan.
Dalam Serat Centhini juga diurikan tentang lokasi genital paling sensitive dalam kaitannya dengan permainan seks seperti cara membuka dan mempercepat orgasme bagi perempuan serta mencegah atau mempercepat agar lelaki tidak cepat ejakulasi. Selain itu juga diuraikan secara gambling soal gaya persetubuhan dan berbagai tipeperempuan. Tertarik?? (***)

Tidak ada komentar: