19 Februari 2011

Bahasa Uang

“Anda jangan menggunakan uang, sebelum uang itu menjadi milik Anda,”(Thomas Jefferson)

SEANTERO pelosok bumi mengenal istilah “bahasa uang”. Tapi saya tidak yakin, jika di dunia gaib mengenal istilah itu. Karena sampai kini tak pernah terdengar berita di media massa ada makhluk ghaib yang digelandang ke pengadilan karena didakwa korupsi atau menyelewengkan uang negara.
Soal bahasa uang ini, ada pengalaman menarik yang pantas untuk disimak. Pada suatu kesempatan, saya berkunjung ke negara tetangga Malaysia atas ajakan seorang teman baik. Kami naik bis antar negara. Di depan tempat duduk kami ada dua orang Encik Malaysia yang mengobrol dengan temannya, menggunakan dialek khas Melayunya. Kedua Encik itu bercerita pengalamannya selama di Indonesia. Saya pun hanya senyum-senyum, sementara teman saya memilih tidur mendengkur.
Karena bis yang kami tumpangi sudah jauh meninggalkan perbatasan Indonesia-Melaysia, kedua orang itu obrolannya makin lancang saja tentang Indonesia. Encik satunya bercerita betapa dirinya meninggalkan Indon hanya untuk sementara saja, karena sudah bosan terlalu lama menginap di hotel, jenuh menunggu aneka izin dan persetujuan untuk berinvestasi di Indonesia yang tak kunjung beres.
“Sejak bile awak menanti, Cik?” tanya temannya.
“Sudah empat bulan jejak hari ini, Cik?” jawabnya.
“Apa nak jadi, awaklah yang salah, Awak tak tahu keh, di Indonesia ini duit memperlancar segale-galenya. Are you know? You can buy everybody in Indon!” ucapnya.
Mendengar obrolan itu, emosi saya sebagai WNI agak terusik dan tersinggung. Ini adalah pelecehan. Ingin sekali saya bangkit berdiri gagah dan menghantam mulut kedua Encik itu.
Tapi niat saya jadi berubah. Rasa nasionalisme dan idealisme saya tiba-tiba rontok bertebaran di lantai bis. Seakan memaksa untuk mengakui atau mengingkari, apa yang diobrolkan kedua Encik itu. Serta merta saya langsung ingat sebuah nama yang paling popular di Indonesia saat ini, Gayus H Tambunan.(fb:Anto Winarno)

Tidak ada komentar: