19 Februari 2011

M u n d u r

“Bersikaplah baik kepada semua orang pada saat Anda berada di atas. Karena Anda akan kembali menjumpai mereka pada saat Anda berada di bawah”.(Wilson Mizner)

GELOMBANG demonstrasi akibat ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah dan institusinya melanda sejumlah negara. Bahkan di Mesir, Presidennya (Hosni Mubarak) yang telah berkuasa selama 30 tahun, dipaksa lengser oleh rakyatnya di Februari 2011. Di Indonesia, mendiang Presiden Suharto yang berkuasa selama 32 tahun, juga dipaksa mundur oleh desakan rakyatnya melalui gelombang demontrasi besar-besaran di tahun 1998.
Hosni Mubarak maupun Suharto hanyalah contoh dua kasus, tentang seorang penguasa yang dipaksa mundur. Sekaligus sebagai contoh, kemunduran dua tokoh negawaran ini dari tahtanya bukan karena kesadarannya sendiri, melainkan karena keterpaksaan karena dipaksa mundur.
Nagouib Mahfouz, sastrawan terkenal Mesir dalam karyanya berjudul The Children of Gabelaawi, menulis sebuah kalimat yang mungkin bisa membakar rakyat yang sakit hati kepada pemerintahnya untuk melakukan gelombang aksi di jalanan. Bunyinya: “Itu adalah rumah nenek moyang kita. Kita semua anak-anaknya. Kenaapa kita kelaparan? Apa yang telah kita lakukan?”. Saya tidak tahu, apakah ada korelasinya atau tidak dengan terjadinya gelombang demonstrasi rakyat yang banyak terjadi saat ini.
Sementara itu, sejarah mencatat cukup sedikit ada pemimpin bangsa yang mundur dari kursinya atas kesadaran dirinya sendiri. Meskipun ada, tentu jumlahnya tidaklah banyak. Bisa dihitung dengan jari jemari. Salah satunya adalah Thomas Jefferson, presiden ketiga Amerika Serikat yang dilantik pada tahun 1801, memilih mundur meninggalkan kursi kepresidenannya, yang telah dua periode didudukinya pada tahun 1808. Padahal saat itu, periode keduanya belum usai, tidak ada saingan yang berarti, dan tak ada gelombang demonstrasi rakyat yang menuntutnya lengser. Konon, alasannya amat sepele. Dia hanya ingin pulang kampung. Bahkan dengan riang gembira dia berkata, dengan kemundurannya dari kursi Presiden AS, dirinya telah bebas dari borgol kekuasaan. Hal itu juga yang dikatakannya kepada penggantinya, James Madison.(fb:Anto Winarno)

Tidak ada komentar: