03 Agustus 2012

G A L A U

“Bicaralah pada saat Anda sedang marah dan galau, maka Anda akan melakukan pidato panjang yang akan Anda sesali”. (Ambrose Bierce) IBARAT sebuah penyakit, Galau telah menjadi virus yang bisa menyebar dengan cepat, khususnya di kalangan anak muda. Tapi bukan berarti orang-orang dewasa terbebas dari infeksi Galau. Galau itu bisa didiskripsikan seperti perasaan resah, gelisah, gundah gulana, makan tak enak dan tidur tak nyenyak. Berasa ada sesuatu yang ingin disampaikan atau dilakukan namun belum kesampaian atau tersampaikan. Akibatnya ya, uring-uringan. Golongan orang-orang Galau ini biasanya banyak yang memanfaatkan jejaring sosial, baik FB maupun Twitter dan lain-lain, sebagai media mempublikasikan kegalauannya. Mereka sangat pandai mendramatisir keadaan, seolah-olah sedang butuh perhatian orang banyak, padahal mungkin hanya sedang ditujukan pada seseorang saja. Keluhan-keluhan kecil, dibesar-besarkan dengan gaya bahasa Hiperbola. Melalui status-statusnya, seakan mereka lemah dalam ketidakberdayaannya. Tak heran, jika kalimat-kalimat yang digunakan lebih mendekati pada kata-kata lebay, alay dan gombal. Contoh status Galau di FB, yang saya sendiri tidak paham, misalnya: “Gerombolan 'sebab-akibat' sudah dipukul mundur, Sekarang bersiap berhadap-hadapan melawan 'resiko', Selanjutnya kembali mencoba untuk damai bersama 'masalah', Setelah itu jatah 'gangguan & tekanan' untuk berbagi kisah, Terakhir ditutup dengan jamuan malam bersama tim 'suka-duka' hari ini...”. Lalu contoh lain adalah: "Jangan biarkan dirimu takut jatuh cinta hanya karena hatimu pernah terluka. Kadang butuh sebuah luka untuk kamu tahu siapa yg pantas dicinta...". Atau contoh yang lainnya: "Aku takut kehilangan saat terakhir ini aku menatapmu.. Mungkin aku tak akan pernah lagi melihatmu..". (**)

Tidak ada komentar: