22 Februari 2013

Kisah Sang Tikus

“Jika seseorang memiliki nasib harus tenggelam, dia akan tenggelam sekalipun berdiri di dalam sendok yang penuh berisi air”. (Peribahasa Yahudi) MUNGKIN Anda sudah pernah mendengar cerita inspiratif ini, namun tidak ada salahnya jika saya ceritakan kembali sebagai bahan renungan. Semoga bermanfaat. Suatu hari sepasang suami istri petani pulang ke rumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor Tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam. “Hmmm…makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar?” gumamnya. Ternyata, yang dibeli oleh petani itu bukan makanan, melainkan perangkap tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang sambil berteriak. “Ada perangkap tikus di rumah!….di rumah sekarang ada perangkap tikus..!!” teriaknya. Ia mendatangi beberapa temannya untuk memberitahukan soal perangkap tikus itu. “Tuan Tikus, aku turut bersedih, tapi perangkap tikus itu tidak berpengaruh terhadap diriku,” komentar Ayam. Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing dan memberitahukan hal yang sama. “Aku turut bersimpati, teman. Tapi tidak ada yang bisa aku lakukan,” ujar Kambing. Ketika Tikus menemui Sapi, dia juga memperoleh tanggapan yang hampir sama. ” Maafkan aku, kawan. Ttapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali,” ucap Sapi. Dengan hati setengah dongkol atas tanggapan teman-temannya, Tikus lalu berlari ke dalam hutan. Dia berjumpa dengan temannya, seekor ular berbisa. “Ahhh…Perangkap Tikus yang kecil, tidak akan mencelakai aku,” ujar Ular agak sombong. Akhirnya Sang Tikus kembali ke rumah petani itu dengan pasrah dan terpaksa harus menghadapi bahaya sendirian. Suatu malam, petani pemilik rumah terbangun setelah mendengar suara keras. Perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah berhasil menangkap korban. Tapi ternyata bukan tikus yang tertangkap, melainkan seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap, membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami berhasil membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat dipatok ular itu. Walaupun sempat membawanya ke rumah sakit, namun tubuhnya demam tinggi. Lalu istrinya meminta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya. Tahukah Anda, sop ceker ayam sangat bermanfaat untuk mengurangi demam. Dengan penuh kasih sayang, suaminya segera menyembelih ayamnya untuk dimasak sop ceker. Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya. Tapi, istrinya tidak juga kunjung sembuh, dan akhirnya meninggal dunia. Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya guna memberi makan orang-orang yang melayat. Dari kejauhan…Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi. Dalam hatinya dia berkata: “Gara-gara perangkap tikus itu, mengakibatkan teman-temannya (Ayam, Kambing, Sapi dan Ular) menjadi korban”. (**)

Tidak ada komentar: