30 April 2008

Susu Tak Terbeli

BANYAK ibu menyusui mengeluh soal tingginya harga susu. Bagi keluarga yang kehidupan ekonominya cekak, tentu harga susu nyaris tak terbeli. Kecuali terpaksa, dengan harus memangkas pos pengeluaran rumah tangga lainnya. Kenaikan harga, biasanya tak bakal turun lagi. Hukum itu sepertinya juga berlaku bagi harga susu. Ibu-ibu pun turun kejalan melakukan demonstrasi.
Konon, kenaikan harga susu beberapa waktu lalu yang “hanya” 5 % itu disebabkan oleh melonjaknya bahan baku yang harus diimpor dari dari Australia. Awalnya seharga US$ 2.900/ton, naik menjadi US$ 4.500/ton. Sedihnya, Indonesia tak akan mampu lepas dari Negeri Kanguru itu sebagai negara produsen bahan baku terbesar di dunia. Bagi yang berkantong tebal, harga susu naik, bukanlah persoalan serius dan pasti bisa tertangani. Tapi yang berkantong tipis, tentu saja bikin pusing kepala hingga tujuh keliling. Walaupun, menurut itung-itungan para ekonom, di tahun 2006 pengeluaran untuk membeli susu katanya amat kecil, hanya 1,51 % jika dibandingkan dengan total pengeluaran rumah tangga. Presentase ini memang meningkat sedikit jika dibanding 2 tahun sebelumnnya, sebesar 0,91 %. Bahkan porsi untuk susu bayi malah hanya sebesar 0,5 %. Tapi harus dingat pula, bahwa deraan yang menerpa rakyat miskin bukan hanya karena tempelengan harga susu yang naik. Tetapi juga masih dihantam dengan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok lainnya. Tragisnya, setelah harga-harga terus naik lalu lupa turun. Seperti para elit politik kita, dong!(***)

Tidak ada komentar: