30 April 2008

Penjahat

“SEORANG ibu membentak suaminya yang sedang tidur pulas sambil ngiler di beranda depan rumah reyot pada satu siang bolong. Dia baru saja membaca sobekan koran bekas bungkus belacan di dapur berisi berita tentang pertikaian, konflik, gontok-gontokan antar kelompok, perampokan, pemerkosaan dan semua pekerjaan jelek lainnya, seolah penjahat ada dimana-mana. Hidupnya terasa kian tidak aman dan terancam. Seperti mendengar petir siang bolong, sang suami terbangun, tetapi di raut muka pemalasanya, tidak tergambar adanya ekspresi apa-apa. Sambil kembali melengkung karena mimpi nomor buntutnya terganggu, dia hanya bergumam, ” Ah, itu biasa, Mam. Bosan mendengarnya. Lebih baik, bikinin Papi kopi panas, yang kental, tidak terlalu manis, di gelas gede pakai tutup dan taruh di tempat biasa. Oke?”.

Dalam sebuah karya klasik penulis besar bernama Bernard de Mandeville (1714), “The Fable of The Bees”, melontarkan pemikiran kontroversial dan mengerikan yang boleh dikatakan sangat menghina orang-orang baik. Bagi yang pernah membaca buku hebat itu, kelak akan dijadikan sebagai acuan teoritis ekonomi dan politik. Mandeville menyebutkan, bahwa manusia memiliki sifat dasar serakah bin tamak dan egois alias ingin memang sendiri. Pemikirannya itu selaras dengan filsuf kenamaan Thomas Hobbes (1651). Sifat dasar manusia yang digambarkan Mandeville dikatakan oleh Hobbes sebagai keadaan alamiah (state of nature). Cirinya ditandai dengan adanya peperangan dan saling membunuh (bellum ominum contra omnes) seperti yang terjadi di beberapa belahan dunia sekarang ini. Kemudian, manusia yang katanya adalah makhluk paling berakal, digambarkan oleh Hobbes dan Manville sebagai makhluk yang tidak berakal budi, semata-mata mengandalkan naluri alamiah dan instingnya demi mengancam dan merugikan kepentingan pihak lain. Astagfirullah! ***

Tidak ada komentar: