03 Juni 2010

WABAH

“Perilaku tidak selamanya membawa kebahagiaan, tetapi tidak ada kebahagiaan tanpa perilaku”. (Benjamin Disraeli)

ADA cerita yang diragukan kebenarannya, tentang seorang pemuda yang memiliki gelar S-1, setelah lulus kuliah dia memilih hidup di sebuah kampung terpencil. Dia satu-satunya sarjana yang ada di situ, mantan aktivis kampus terkenal dan amat disegani. Dia juga sangat dihormati, sering dimintai pendapatnya, bahkan gaya hidupnya banyak ditiru orang kampung. Dia gemar sekali memakai sarung.
Tidak ada yang tahu alasan mengapa dia suka sekali pakai sarung. Yang pasti pada suatu sore, dia didatangi oleh sekelompok pemuda-pemudi kampung yang kesemuanya juga pakai sarung. Mereka mengaku sangat bangga memakai sarung seperti yang dilakukan oleh pemuda itu.
Akibatnya aparat desa seperti Pak RT, Pak RW, Pak Kadus, Pak Lurah dan Pak Kades marah karena banyak warganya yang ketularan pakai sarung. Dipanggillah si penyebar pertama wabah sarung ini untuk dimintai keterangannya. Anehnya, setelah mendapat penjelasan dari pemuda itu, akhirnya para aparat desa itu pun luluh hatinya dan ikut-ikutan pakai sarung. Sampailah pada saatnya semua warga di kampung itu memakai sarung, tak peduli tua, muda, laki-laki, perempuan, anak-anak, bahkan kakek-kakek dan nenek-nenek yang sudah bau tanah pun ikutan pakai sarung. “Sarung” mewabah di kampung kecil itu.
Pak Camat, setelah menerima laporan tentang wabah sarungisasi itu, langsung tengsin berat dan memanggil Kadesnya. Pak Kades pun menghadap Pak Camat dengan sarungnya. Anehnya, Pak Camat juga terpesona dan malah melupakan amarahnya dan ikut tergila-gila pakai sarung. Pak Bupati yang sudah mengetahui wabah kurang patut ini juga sempat murka di ruang kerjanya yang ber-AC. Camat dipanggil. Tetapi setelah camatnya menghadap pakai sarung, Pak Bupati juga terpesona dan akhirnya tertular pula pakai sarung. Pak Gubernur yang awalnya uring-uringan soal sarung ini, ternyata ikut-ikutan juga pakai sarung setelah melihat penampilan bupatinya.
Terakhir, walaupun Pak Presiden sempat nyaris stroke melihat kelakuan rakyatnya, tapi setelah melihat para menteri, pejabat negara dan seluruh rakyat di negaranya semua pakai sarung, akhirnya dia pun mengiyakan pakai sarung. Sarung adalah penggambaran suatu penyakit social, korupsi.(***)

Tidak ada komentar: