07 Agustus 2010

Kursi Empuk

“Suatu bangsa akan menghadapi kenyataan betapa sulitnya mencari pemimpin yang telinganya tetap diarahkan menghadap ke bawah”.(Winston Churchill)

DALAM banyak kesempatan saya sering heran setiap kali memasuki ruang-ruang pertemuan, biasanya kursi barisan belakang lebih dulu dipenuhi orang. Sedangkan kursi pada barisan depan, sering tampak kosong meski lebih empuk ketimbang kursi bagian belakang. Mungkin, enggannya seseorang duduk di kursi bagian depan karena dia tak pede, atau memang tidak suka menonjolkan diri. Benarkah?
Pada kenyataannya, kita sering melihat seseorang menjadi penjilat, cari muka, menyuap sana-sini, bahkan tega mengadu domba demi mendapatkan sebuah kursi. Apalagi jika kursinya empuk banget. Dia akan berlomba-lomba merias diri, mengobral janji, pamer kelebihan yang dimiliki, menonjolkan segala sesuatu yang tak dimiliki orang lain, bangga atas kekurangan orang lain dan menganggap dirinya paling hebat di depan umum. Dia ingin dianggap idealis, reformis sejati, aspiratif, pejuang perubahan, dan sebutan-sebutan hebat lainnya demi sebuah kursi empuk yang diinginkannya.
Namun, setelah berhasil mendapatkan kursi empuk dan duduk di atasnya, ia mulai goyang-goyang kaki, dan keempukan krsi itu membuatnya terlena dan tertidur sangat lelap dalam balutan mimpi-mimpi indah. Jadilah dia tukang tidur dan menjadi seorang pemimpi hebat dalam kursi empuknya.
Dalam sadarnya pun dia nyaris tak berbuat apa-apa, kecuali menyusun sebuah rencana jahat dari kursi empuknya untuk menimbun kekayaan untuk membeli kemewahan duniawi, cari cewek wangi, cantik, bahenol, seksi semampai berambut pirang dan bisa dijadikan sebagai perempuan simpanan. Dalam kondisi seperti itu, keluarlah sifat aslinya. Kursi empuk membuatnya berubah. Walaupun tidak semua orang yang duduk di kursi empuk memiliki sifat seperti itu. Karena ada juga yang sifatnya sangat baik hati, bijaksana, terhormat, ramah, sopan, mulia, dan rajin menabung. Saya jadi ingat pepatah Yugoslavia yang menyebutkan: “Jika ingin mengetahui siapa dia sebenarnya, angkat dan berilah dia jabatan”.
Kalau Anda berjalan-jalan ke pasar tentu banyak sekali toko-toko yang menjual meubelier, termasuk kursi. Berbagai macam model kursi empuk tersedia, mulai yang harganya paling murah hingga yang termahal sampai tak ada manusia yang mampu membeli. Tetapi Anda tahu, bukan itu kursi empuk yang saya maksudkan.(***)

Tidak ada komentar: