07 Agustus 2010

Setrum

“Perhatian kepada umat manusia itu sendiri dan nasibnya harus selalu merupakan minat utama dari semua ikhtiar teknis. Perhatian kepada masalah besar yang tak kunjung trepecahkan dari pengaturan kerja, agar buah ciptaan dari pemikiran kita menjadi berkah dan bukan kutukan kepada umat manusia”.(Albert Enstein)

MASALAH kelistrikan sudah membikin dada sesak. Dari waktu ke waktu, juragan setrum PLN juga masih belum mampu mencari solusi terbaik untuk keluar dari persoalan basi ini. Siapa yang salah? Tanya saja pada ilalang di padang gersang. Capek, deh!
Negara Indonesia sebenarnya memiliki potensi kelistrikan yang melimpah ruah. Bentang pantai RI sepanjang 81.290 Km, sangat potensi dijadikan energi litrik. Belajar dari Jazirah Skandinavia, energi ombak terus dikaji, dikembangkan dan diproduksi komersial. Secara teori, 1 km garis pantai mampu hasilkan minimal 7,5 megawatt. Dengan bentang pantai yang dimiliki Indonesia, kira-kira dapat membangkitkan 60-70 gigawatt listrik, atau setara dengan 3 kali kapasitas listrik milik PLN sekarang. Energi angin di negara maju eropa yang memiliki kecepatan anginnya 7-8 meter/detik, dapat diubah menjadi energi listrik sebesar 1 megawatt. Indonesia yang kecepatan anginnya 5 meter/detik, kalau mau diupayakan, juga bisa menjadi energi listrik. Ada beberapa kawasan potensial seperti Bali, NTB, NTT, Sulsel dan Pantai Selatan Jawa. Potensi totalnya capai 9,29 gigawatt. Potensi lain adalah tenaga surya yang melimpah ruah di negara ini walaupun tidak 24 jam. Menurut ahlinya, pembangkit tenaga surya bisa hasilkan setrum untuk 15 ribu desa yang belum tersentuh PLN. Di Indonesia listrik tenaga surya baru hasilkan sekitar 10 megawatt. Kendalanya, terbentur pada efesiensi ekonomi, apalagi pirantinya masih impor. Harga setrum per satuan masih mahal.(**)

Tidak ada komentar: