07 Agustus 2010

Orang Kaya Baik Hati

“Menjadi orang miskin adalah masalah. Tetapi menjadi orang kaya, tidak selalu menjadi jalan keluarnya”.(Ir Anton L Wartawan)

TIDAK sedikit orang kaya yang baik hati, namun banyak pula orang kaya yang jahat hati yang tidak peduli dengan situasi dan kondisi di sekelilingnya.
Era filantropi (orang-orang kaya dermawan), dimulai pada era Andrew Carnegie si Raja Baja Dunia, setelah dia menulis buku berjudul “The Gospel of Wealth” yang berisi ajakan bagi orang-orang kaya untuk berbagi keberuntungan di sisa hidupnya. Dia sendiri menyumbangkan seluruh kekayaannya pada tahun 1889 sebesar US$ 350 juta. Kini senilai US$ 3 Milyar, yang digunakan untuk membangun sebuah perpustakaan di seluruh Amerika Serikat.
Apa yang dilakukan oleh Carnegie, ternyata membawa inspirasi bagi orang kaya yang lain. Terbukti pada tahun 1907 bankir kenamaan, Russel Sage, wafat dan jandanya, Olivia, mendirikan yayasan besar dan modern pertama di Amerika untuk mendanai proyek perbaikan sosial di negara itu. Tahun 1913, orang kaya lain bernama John D. Rockfeller mendirikan Yayasan Rockfeller dan menghibahkan dana sebesar US$ 540 juta di sepanjang hidupnya. Hebatnya lagi, anaknya yang bernama John D. Rockfeller Jr juga menyumbang dana dalam jumlah sama.
Pada tahun 1947, ketika Raja Mobil Henry Ford wafat dan menghibahkan sebagian kekayaanya ke Yayasan Ford miliknya, dan pada tahun 2005 Ford juga menyumbang lagi sebesar US$ 830 juta. Tahun 1997, Ted Turner pendiri dan pemilik CNN (Cable News Network) pernah menyumbang dana sebesar US$ 1 juta ke PBB yang akhirnya mampu menggugah filantropis baru di AS jadi penderma. Bahkan pada tahun 1999, Bill Gates (bos microsoft) dan Isterinya Melinda Gates menghibahkan sebagian kekayaannya sebesar US$ 16,5 Milyar untuk membangun sebuah organisasi baru filantopi yang kini telah menjadi yayasan terbesar di AS. Sumbangan pertama Gates adalah duit sebesar US$ 750 juta untuk mendanai pembuatan vaksin bagi anak miskin. Yang terbaru Juni tahun 2006, Warren Buffet (bos jaringan tv kabel), siap melepas sebagian kekayaannya sebesar US$ 36 juta untuk yayasan keluarga dengan catatan setelah dirinya wafat. Tentunya, masih ada juga filantopis lain yang rela menyisihkan kekayaannya untuk membantu orang lain. Andaikan saja orang-orang kaya di negeri ini memiliki jiwa social yang tinggi seperti mereka, tentunya akan banyak orang miskin di Indonesia bakal terbantu.(***)

Tidak ada komentar: