07 Agustus 2010

T E K O R

“Jika Anda dalam kesulitan, sakit hati atau membutuhkan pertolongan, pergilah kepada orang miskin. Hanya merekalah yang akan menolong Anda”.(John Steinback)

SESEORANG telah menelpon saya dan bercerita tentang pengalamannya yang ternyata memang sangat menarik. Pengalamannya itu telah saya gubah menjadi sebuah tulisan yang dapat Anda baca saat ini.
Adalah Pak Minggu dan isterinya yang tentu saja bernama Bu Minggu (keduanya bukan nama sebenarnya), memiliki seorang anak lelaki yang sudah saatnya dikhitan. Anaknya, sebut saja namanya Bujang Bin Minggu, bersedia dikhitan jika diberi imbalan HP. Pak Minggu tak keberatan. Maka disusunlah acara khitanan. Dengan perhitungan hukum ekonomi yang amburadul, dibuatlah undangan untuk para kenalan, kolega, handai taulan, teman dekat, teman jauh dan kerabatnya yang lumayan banyak.
Pak Minggu tidak kesulitan untuk menentukan siapa saja yang akan diundangnya untuk menghadiri acara khitanan anaknya. Pak Minggu masih menyimpan catatan orang-orang yang pernah mengundangnya dan seberapa besar dia menyumbang kepada mereka. Berdasarkan catatan itulah, dia yakin akan meraup untung dari acara khitanan anaknya. Di atas kertas, dia tak akan merugi.
Perhitungan Pak Minggu sebenarnya matang dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi. Dia cukup memanggil mantri kampung dan tidak pakai hiburan band atau orgen tunggal. Cukup sewa VCD dan sepeaker pengeras suara supaya seantero kampung menikmati alunan lagu-lagu dangdut.
Tapi, ternyata terjadi pembengkakan biaya di luar perhitungannya yang tak dapat dielakkan lagi. Khususnya dari biaya hidangan, dan tentunya rokok untuk upah pekerja. Diperparah lagi oleh ulah undangan yang bermain “curang”. Yang dulu Pak Minggu sumbang Rp 5.000, hanya dibalas Rp 2.000. Yang dulu disumbang 5 kg beras, hanya dibalas 3 kg jagung. Yang dulu disumbang 10 kg gula, dibalas dengan 15 kg garam. Yang dulu disumbang 5 kilo bihun, hanya dibalas 5 butir kelapa. Edannya lagi, ada undangan yang tak nyumbang apa-apa, tapi datang dengan anak, isteri, keponakan, nenek, kakek, ipar, biras, sepupu, sepupu satu kali, sepupu dua kali, sepupu tiga kali hingga sepupu sepuluh kali.
Pak Minggu rugi besar. Dia bingung memikirkan bagaimana cara membelikan HP untuk Bujang, anaknya yang paling tampan. Anda punya solusi jitu untuk membantu Pak Minggu?(***)

Tidak ada komentar: